Ilustrasi gabah (Pexels.com/icon0.com)
Menteri Pertanian Francisco Tiu Laurel Jr. menegaskan penghentian impor beras merupakan respons terhadap kondisi pasar, di mana harga gabah menurun tajam karena produksi lokal yang melimpah dan beras impor terus masuk pasar.
"Kebijakan ini memberi kami waktu untuk menilai dampaknya, apakah benar-benar meningkatkan harga di tingkat petani," jelas Tiu Laurel, dikutip Manila Standard.
Menurut data terbaru, rata-rata harga jual gabah anjlok menjadi 9-11 peso Filipina (Rp2,5 ribu-Rp3,1 ribu) per kilogram dan bahkan di beberapa tempat hanya 8 peso Filipina (Rp2,2 ribu), sedangkan rata-rata biaya produksi mencapai 14 peso Filipina (Rp3,9 ribu) per kilogram.
Jika tren ini berlanjut tanpa intervensi pemerintah, banyak petani bisa kehilangan minat untuk menanam pada musim tanam berikutnya, sehingga berpotensi mengancam ketahanan pangan nasional di masa mendatang.
Federasi Petani Bebas (Federation of Free Farmers/FFF) juga mengkritik lambannya respons pemerintah, sebab banyak petani yang telah mengalami kerugian dan dililit utang akibat harga gabah yang terus merosot.