Jakarta, IDN Times – Gap memperkirakan kerugian antara 100-150 juta dolar Amerika Serikat (AS) (sekitar Rp1,6-2,4 triliun) akibat tarif baru yang diberlakukan pemerintah. Perusahaan menyebut beban itu berasal dari tarif 30 persen terhadap produk dari China dan 10 persen terhadap barang dari mayoritas negara lain. Angka ini bisa membengkak hingga 300 juta dolar AS (sekitar Rp4,8 triliun) jika tidak ada langkah mitigasi tambahan.
Sebagian dari dampak ini telah ditekan, tapi sisanya tetap menjadi ancaman pada laporan keuangan paruh kedua tahun ini. Gap masih belum memasukkan dampak tarif ke dalam panduan keuangan resminya. Saham perusahaan langsung ambles lebih dari 15 persen dalam perdagangan setelah jam bursa.
CEO Gap, Richard Dickson, menyatakan bahwa perusahaan akan terus mendiversifikasi rantai pasokan untuk mengurangi ketergantungan pada China, dikutip dari CNBC Internasional, Sabtu (30/5/2025).