Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi gerai Gap (unsplash.com/lan deng)
ilustrasi gerai Gap (unsplash.com/lan deng)

Intinya sih...

  • Gap mengalami kerugian 100-150 juta dolar AS akibat tarif baru yang diberlakukan pemerintah, dan beban tersebut bisa meningkat hingga 300 juta dolar AS.
  • Perusahaan mempercepat diversifikasi rantai pasokan dengan menargetkan hanya 3 persen produk dari China, sementara Vietnam dan Indonesia menjadi mitra dagang utama.
  • Meski terdampak tarif, Gap mencatat kinerja keuangan yang mengalahkan ekspektasi pasar, dengan penjualan naik tipis menjadi 3,46 miliar dolar AS.

Jakarta, IDN Times – Gap memperkirakan kerugian antara 100-150 juta dolar Amerika Serikat (AS) (sekitar Rp1,6-2,4 triliun) akibat tarif baru yang diberlakukan pemerintah. Perusahaan menyebut beban itu berasal dari tarif 30 persen terhadap produk dari China dan 10 persen terhadap barang dari mayoritas negara lain. Angka ini bisa membengkak hingga 300 juta dolar AS (sekitar Rp4,8 triliun) jika tidak ada langkah mitigasi tambahan.

Sebagian dari dampak ini telah ditekan, tapi sisanya tetap menjadi ancaman pada laporan keuangan paruh kedua tahun ini. Gap masih belum memasukkan dampak tarif ke dalam panduan keuangan resminya. Saham perusahaan langsung ambles lebih dari 15 persen dalam perdagangan setelah jam bursa.

CEO Gap, Richard Dickson, menyatakan bahwa perusahaan akan terus mendiversifikasi rantai pasokan untuk mengurangi ketergantungan pada China, dikutip dari CNBC Internasional, Sabtu (30/5/2025).

1. Gap geser sumber bahan baku dari China ke Vietnam dan Indonesia

ilustrasi impor (IDN Times/Aditya Pratama)

Gap kini mempercepat diversifikasi rantai pasokan demi menghindari ketergantungan pada China. Jika sebelumnya perusahaan mengimpor kurang dari 10 persen produknya dari China, maka akhir tahun ini angka itu ditargetkan tinggal 3 persen. Vietnam dan Indonesia kini menjadi dua mitra dagang utama Gap.

Data tahunan perusahaan menunjukkan 27 persen produk Gap berasal dari Vietnam dan 19 persen dari Indonesia. Namun Vietnam juga menghadapi ancaman tarif balasan sebesar 46 persen. Jika kebijakan itu tetap diberlakukan, pendapatan Gap bisa kembali terpukul signifikan.

Dilansir dari CNN Internasional, ketidakpastian soal tarif membuat perencanaan bisnis menjadi sulit. Pada Kamis (28/5/2025), pengadilan federal sempat menangguhkan putusan malam sebelumnya yang membatalkan tarif-tarif milik Presiden AS Donald Trump.

2. Pendapatan Gap naik meski margin laba diprediksi melemah

ilustrasi pendapatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Meski diterpa tarif, Gap tetap mencatatkan kinerja keuangan yang mengalahkan ekspektasi pasar. Untuk kuartal yang berakhir 3 Mei, pendapatan bersih Gap mencapai 193 juta dolar, naik dari 158 juta dolar AS di periode sama tahun lalu. Penjualan pun naik tipis menjadi 3,46 miliar dolar AS, dibandingkan 3,39 miliar dolar AS sebelumnya.

Gap memproyeksikan pertumbuhan penjualan tahun penuh sebesar 1 hingga 2 persen. Namun, margin laba kotor diprediksi melemah ke 41,8 persen, lebih rendah dari ekspektasi pasar yang sebesar 42,5 persen.

Perusahaan menjelaskan bahwa tekanan pada margin berasal dari efek pembanding program kartu kredit tahun lalu, bukan dari tarif. Penjualan toko-toko yang telah beroperasi setahun tumbuh 2 persen, sesuai ekspektasi analis. Margin kotor dan margin operasi juga tercatat lebih tinggi dari proyeksi.

3. Kinerja merek Gap bervariasi, Old Navy paling bersinar

ilustrasi gerai Old Navy (unsplash.com/Alex Bierwagen)

Old Navy tampil sebagai motor penggerak utama, dengan penjualan mencapai 2 miliar dolar AS, naik 3 persen dari tahun lalu. Penjualan sebanding tumbuh 3 persen, lebih tinggi dari perkiraan analis sebesar 2,1 persen. Kampanye baru bertajuk “Old Navy. New Moves” yang melibatkan Lindsay Lohan dan Dylan Efron turut mendongkrak performa merek ini.

Merek utama Gap juga menunjukkan peningkatan, dengan penjualan naik 5 persen menjadi 724 juta dolar AS. Dickson menyebut pertumbuhan ini didorong oleh gaya baru, inovasi produk, dan strategi pemasaran yang menarik.

“Gap sedang berbicara untuk dirinya sendiri, dan orang-orang juga sedang berbicara tentang Gap,” kata Dickson.

Di sisi lain, Banana Republic dan Athleta masih menjadi beban. Banana Republic mencatat penurunan penjualan 3 persen, sementara Athleta turun lebih tajam hingga 6 persen. Dickson mengakui bahwa masih banyak pekerjaan rumah di dua merek tersebut untuk mengembalikan kepercayaan konsumen.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team