Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
(kiri ke kanan) Wakil Ketua Umum Bidang Lingkungan Hidup Kadin Indonesia, Dharsono Hartono bersama Ketua Delegasi Indonesia di COP 29, Hashim S. Djojohadikusumo dan  Managing Director Utomo SolaRUV, Anthony Utomo saat menghadiri konferensi tingkat tinggi COP 29, hari ini (14/11). (Utomo SolaRUV)
(kiri ke kanan) Wakil Ketua Umum Bidang Lingkungan Hidup Kadin Indonesia, Dharsono Hartono bersama Ketua Delegasi Indonesia di COP 29, Hashim S. Djojohadikusumo dan Managing Director Utomo SolaRUV, Anthony Utomo saat menghadiri konferensi tingkat tinggi COP 29, hari ini (14/11). (Utomo SolaRUV)

Intinya sih...

  • Harga modul surya lokal 30-45% lebih mahal dibanding impor
  • Utomo SolaRUV komitmen tingkatkan kapasitas industri surya Indonesia
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Managing Director Utomo SolaRUV, Anthony Utomo mengungkapkan harga modul surya produksi Indonesia saat ini relatif lebih mahal dibandingkan dengan produk impor dari negara lain.

"Saat ini, harga modul surya lokal 30 hingga 45 persen lebih tinggi dibandingkan modul surya impor," kata dia dalam keterangan tertulis yang diterima, Jumat (15/11/2024).

Oleh karena itu, dia menekankan perlunya pengembangan rantai pasok manufaktur energi surya di Indonesia untuk mencapai target pembangunan infrastruktur Energi Baru Terbarukan (EBT) di sektor ketenagalistrikan.

Langkah tersebut diharapkan dapat menjadikan energi terbarukan lebih kompetitif dan terjangkau, serta mendukung ketahanan energi yang berkelanjutan.

1. Pelaku industri dorong transisi energi dan pertumbuhan ekonomi

Managing Director Utomo SolaRUV, Anthony Utomo, bersama dengan Delegasi RI dalam COP 29 Azerbaijan. (Utomo SolaRUV)

Pelopor distributor panel surya di Indonesia itu menegaskan komitmennya mendukung target pemerintah untuk menambah kapasitas pembangkit listrik sebesar 100 GW pada 2040, dengan 75 persen berasal dari energi bersih.

Hal itu disampaikan saat perusahaan hadir dalam konferensi tingkat tinggi COP 29 sebagai bagian dari dukungan terhadap transisi energi bersih dan berkelanjutan.

Anthony menyatakan pihaknya berencana meningkatkan kapasitas industri surya Indonesia melalui penguatan rantai pasok, termasuk produksi modul surya dan pengembangan PLTS terapung.

Langkah tersebut bertujuan memperluas akses energi bersih, menciptakan lapangan kerja baru, dan mendorong pertumbuhan industri lokal. Sebagai perbandingan, industri surya di China menciptakan 4,6 juta lapangan kerja, sementara di Indonesia sektor ini membuka 175.000 lapangan kerja per tahun, menurut data IESR 2024.

2. Pelaku industri tekankan pentingnya kerja sama dengan negara lain

Petugas Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Tanjung Uma, Kota Batam saat melakukan pengecekan panel surya (IDN Times/Putra Gema Pamungkas)

Anthony mengungkapkan, perusahaannya telah menjalin kerja sama dengan produsen modul surya tier 1 global untuk mengembangkan industri energi surya di Indonesia.

"Adanya kerja sama ini memungkinkan kami untuk membawa teknologi terbaru ke Indonesia dan memastikan ketersediaan produk berkualitas tinggi yang dapat mendukung pertumbuhan sektor energi terbarukan domestik,” lanjutnya.

Secara global, energi surya memainkan peran utama dalam transisi menuju energi bersih. Menurut data International Renewable Energy Agency (IRENA) tahun 2024, kapasitas energi surya global meningkat 73 persen dibandingkan tahun sebelumnya, dengan Tiongkok menyumbang 217 GW atau 63 persen dari total pemanfaatan energi surya dunia.

Sementara itu, Indonesia, meskipun memiliki potensi energi surya sebesar 3.295 GW—sekitar 90 persen dari total sumber energi bersih nasional—baru memanfaatkan sekitar 675 MW dari kapasitas tersebut.

3. Kolaborasi pemerintah, swasta dan masyarakat jadi kunci

PT Kilang Pertamina Internasional dan Pertamina NRE akan memasang PLTS atap di Kilang Balikpapan (Dok Pertamina)

Wakil Ketua Umum Bidang Lingkungan Hidup Kadin Indonesia, Dharsono Hartono menyoroti kesenjangan signifikan antara pemanfaatan energi surya di Indonesia dan potensi yang dimilikinya.

Dia menekankan pentingnya dukungan sektor swasta, seperti inisiatif Utomo SolaRUV, untuk mempercepat pencapaian target energi bersih nasional.

"Kolaborasi antara pemerintah, pelaku swasta, dan masyarakat merupakan kunci untuk mengoptimalkan potensi energi surya kita. Dengan pendekatan inovatif dan teknologi yang efisien, kita dapat memperkecil kesenjangan ini, menciptakan lapangan kerja baru, dan mendorong perekonomian berkelanjutan,” tutur Dharsono.

Editorial Team