[BREAKING] Pertumbuhan Minus Lagi, Ekonomi Indonesia Menuju Depresi

BPS catat ekonomi Indonesia di 2020 minus 2,07 persen

Jakarta, IDN Times - Pertumbuhan Indonesia kembali mengalami kontraksi di kuartal IV 2020. Tren resesi ekonomi berlanjut. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2020 sebesar minus 2,07 persen.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal IV secara year on year (yoy) juga mengalami kontraksi sebesar minus 2,19 persen.

Pada kuartal III, pertumbuhan ekonomi Indonesia telah mengalami resesi. Sebab, pada kuartal II terjadi minus 5,32 persen dan kuartal III minus 3,49 persen.

Resesi adalah kondisi perekonomian sebuah negara yang mengalami kontraksi berturut-turut. Artinya, pertumbuhan ekonomi negara tersebut negatif selama dua kuartal (enam bulan). Tren ini pun berlanjut di penghujung 2020.

Catatan tersebut menjadi peringatan bagi pemerintah. Sebab, ekonomi domestik menuju depresi ekonomi. Depresi ekonomi merupakan kondisi yang lebih parah dibanding resesi. Sebab, terjadi penurunan aktivitas ekonomi yang berkepanjangan. Bisa dibilang, jika resesi terjadi dalam kurun waktu yang panjang, terjadilah depresi.

Menurut Ekonom INDEF Bhima Yudhistira, depresi ekonomi bisa terjadi bila ekonomi dalam negeri mengalami kontraksi atau minus lebih dari empat kuartal atau 12 bulan. Depresi ekonomi terjadi cenderung disertai dengan pengangguran yang masif dan inflasi yang rendah.

Indonesia, kata Bhima, berpotensi mengalami depresi ekonomi di 2021. Hal itu bisa terjadi bila indikator-indikator ekonominya mengalami kontraksi yang buruk dan berkepanjangan.

"Situasinya (ekonomi Indonesia) mengarah pada depresi. Resesi tahun 2008 masih mencatatkan inflasi 11 persen. Sementara tahun 2020 ada kecendurungan inflasi rendah bahkan deflasi selama beberapa bulan berturut-turut," ucap dia kepada IDN Times beberapa waktu lalu.

Baca Juga: [BREAKING] Ekonomi Indonesia Tahun 2020 Minus 2,07 Persen

Topik:

  • Umi Kalsum
  • Jumawan Syahrudin

Berita Terkini Lainnya