Bung Karno dan Nasionalisme dari Meja Makan

"Jas Merah" pesan dari Proklamator RI

Jakarta, IDN Times - Pangan adalah elemen penting dari sebuah bangsa. Begitulah intisari pesan dari presiden pertama sekaligus founding father Repbulik Indonesia, Ir. Sukarno atau yang akrab Bung Karno dalam sebuah pidatonya saat peletakkan batu pertama pembangunan kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) pada 1952.

Bagi Bung Karno, pangan merupakan hidup matinya sebuah bangsa. Sebab, pangan merupakan aspek mendasar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar terciptanya kehidupan sosial yang maju.

Pernyataan Bung Karno menyiratkan bahwa pangan lebih ampuh dari sebuah senjata. Bukan ketiadaan senjata yang membuat sebuah negara ambruk, melainkan ketersediaan pangan yang cukup bagi rakyat.

1. Pidato Bung Karno tentang kemandirian pangan

Bung Karno dan Nasionalisme dari Meja MakanProklamator Republik Indonesia, Wakil Presiden Mohammad Hatta (kiri) dan Sukarno (kanan) dalam sebuah pertemuan di masa Revolusi Nasional antara tahun 1945 hingga 1949. (Dok. Perpustakaan Nasional)

Meski lawas, pidato dari presiden pertama Indonesia ini memiliki makna yang mendalam. Pidato Bung Karno tentang kemandirian pangan menjadi pesan khusus bagi para pemimpin Indonesia di masa-masa selanjutnya agar bisa mengoptimalkan kekayaan alam di Tanah Air.

Berikut cuplikan pidato Bung Karno:

"Sodara-sodara, soal persediaan makanan rakjat ini, bagi kita adalah soal hidoep ataoe mati. Tjamkan, sekali lagi tjamkan, kalaoe kita tidak "ampakkan" soal makanan rakjat ini setjara besar-besaran, setjara radikan dan revoloesioner, kita akan mengalami tjelaka...,"

Baca Juga: Profil PT WIKA, BUMN Karya yang Bangun Gelora Bung Karno

2. Bung Karno tidak ingin Indonesia bergantung pada impor

Bung Karno dan Nasionalisme dari Meja MakanIlustrasi impor (IDN Times/Arief Rahmat)

Sang Proklamator RI sadar betul bahwa Indonesia dengan kekayaan alamnya tidak boleh bergantung pada impor. Dilansir berdikarionline.com, saat membuka pidatonya, Bung Karno berbicara mengenai statistik pangan.

Tahun 1940, katanya, tiap-tiap orang Indonesia mengonsumsi beras 86 kg pertahun. Berarti di tahun 1952, dengan jumlah penduduk 75 juta orang, Indonesia butuh produksi beras sebesar 6,5 juta ton.

Pada kondisi sebenarnya, Indonesia saat itu produksi berasnya baru mencapai 5,5 juta ton. Alhasil, defisit produksi pangan tersebut harus ditutupi dengan carai mengimpor dari Siam (Thailand), Saigon (Vietnam), dan Burma.

Namun demikian, Bung Karno sadar betul bahwa perut rakyat Indonesia tidak bisa digantungkan pada beras impor. Selain membuat devisa negara tergerus, kebijakan impor tidak sesuai dengan semangat membangun ekonomi berdikari.

“Tetapi kenapa kita harus membuang devisen 120 juta sampai 150 juta dolar tiap tahun untuk membeli beras dari luar negeri? Kalau 150 juta dolar kita pergunakan untuk pembangunan, alangkah baiknya hal itu,” ujar Bung Karno.

3. Solusi Bung Karno agar Indonesia tidak ketergantungan pangan

Bung Karno dan Nasionalisme dari Meja MakanProses panen padi di areal persawahan Desa Tiron, Kecamatan/Kabupaten Madiun, Senin (10/8/2020). IDN Times/Nofika Dian Nugroho

Bagaimana Indonesia mampu memenuhi kebutuhan tersebut? Menurut Bung Karno saat itu, ada dua solusi yang bisa dilakukan. Pertama, menambah luas areal pertanian. Kedua, melakukan intensifikasi pertanian, khususnya melalui seleksi dan pemupukan.

Untuk pilihan pertama, Indonesia punya potensi tersebut. Hanya saja, Bung Karno menyadari bahwa tidak semua wilayah Indonesia mampu menjadi lahan pertanian. Menurut kalkulasinya, dari 7 juta hektar lahan di luar jawa (Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua) yang potensial, hanya 14 persen atau 1 juta hektar yang cocok.

Solusi kedua, yakni intensifikasi pertanian, khsusunya seleksi benih dan pemupukan. Untuk konteks pertanian sawah di Indonesia, kata Bung Karno, diperlukan seleksi benih padi basah. Pada saat itu, Bengawan dinilai sebagau benih padi basah kebal penyakit, kualitas berasnya bagus, dan tingkat produksi per hektarnya lebih tinggi.

Bung Karno pada saat itu punya cita-cita membangun balai-balai seleksi daaerah atau pusat penyelidikan benih. Dia berkeinginan setiap 10-15 ribu hektar ada satu pusat seleksi bibit. Bibit tersebut akan diberikan kepada petani dan diproyeksikan menjadi padi yang berkualitas.

Bung Karno juga menganjurkan pemupukan untuk menaikkan produksi beras. Jenis pupuk yang dianjurkan adalah pupuk fosfat. Katanya, pupuk fosfat cocok dengan padi basah. Menurut Bung Karno, kalau petani menggunakan pupuk fosfat, tingkat produksi bisa naik 5 hingga 10 kwintal per hektarnya.

 

Baca Juga: Mengenang Pidato Bung Karno soal Berdikari, Ekonomi yang Mandiri

4. Cita-cita kemandirian pangan hingga saat ini

Bung Karno dan Nasionalisme dari Meja MakanIlustrasi pertanian (IDN Times/Rochmanudin)

Cita-cita besar Bung Karno hingga saat ini masih terus diupayakan untuk diwujudkan. Di era Presiden Jokowi saat ini, pemerintah tengah membangun lumbung pangan di Kalimantan Tengah dan Sumatera Utara. Lumbung pangan tersebut diyakini akan semakin memperkuat ketahanan pangan dalam negeri.

"Saat ini sedang dikembangkan food estate di Provinsi Kalimantan Tengah dan Provinsi Sumatera Utara, dan akan dilakukan di beberapa daerah lain," kata Jokowi dalam Pidato Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR dan DPD dalam Rangka HUT ke-75 Kemerdekaan RI di Gedung Parlemen, Jakarta, Jumat (14/8/2020).

Program lumbung pangan yang dilakukan saat ini merupakan upaya dari pemerintah, pelaku swasta, dan masyarakat sebagai pemilik lahan maupun sebagai tenaga kerja dalam mendorong kemandirian pangan.

Lewat program ini, pemerintah ingin memperkuat cadangan pangan nasional, bukan hanya di hulu, tetapi juga bergerak di hilir produk pangan industri.

Memperingati HUT ke-75 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, IDN Times meluncurkan kampanye #MenjagaIndonesia. Kampanye ini didasarkan atas pengalaman unik dan bersejarah bahwa sebagai bangsa, kita merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI dalam situasi pandemik COVID-19, di saat mana kita bersama-sama harus membentengi diri dari serangan virus berbahaya. Di saat yang sama, banyak hal yang perlu kita jaga sebagai warga bangsa, agar tujuan proklamasi kemerdekaan RI, bisa dicapai.

Baca Juga: Dukung Swasembada Pangan, Yuk Bantu Modali Petani Melalui 5 Situs Ini

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya