Contactless di Indonesia Belum Didukung Regulasi

Penetrasi contactless di Indonesia masih sangat rendah

Jakarta, IDN Times - Contactless atau layanan nirsentuh sudah banyak di adaptasi oleh sejumlah negara, khususnya pada sektor transportasi dan ritel. Di saat sudah banyak negara yang menerapkan teknologi pembayaran canggih tersebut, Indonesia justru masih sangat rendah.

Berdasarkan data Visa di Innovation Center, penetrasi contactless payment di Indonesia jauh tertinggal dibanding negara terdekatnya. Sebut saja Singapura yang penetrasinya sudah mencapai 95 persen, kemudian Malaysia yang sudah di atas 60 persen, Thailand >40 persen dan Filipina >30 persen.

Bagaimana dengan Indonesia? tingkat penetrasinya masih 1,3 persen.

Baca Juga: Terlihat Serupa Tapi Tak Sama, Ini Perbedaan Contactless dan QR

1. Studi Visa terkait penggunaan contactless

Contactless di Indonesia Belum Didukung RegulasiTransaksi di toko ritel dengan metode contactless. (IDN Times/Hana Adi Perdana)

Secara rinci, Studi Visa Consumer Payment Attitudes yang dilakukan oleh Clear M&C pada Agustus-September 2021 lalu menyebutkan, sebanyak 17 persen penggunaan kartu contactless di Indonesia digunakan di supermarket, kemudian belanja ritel (16 persen), perjalanan ke luar negeri (15 persen), pembelian di toko serba ada (15 persen), makanan (14 persen) dan hiburan (14 persen).

Selain itu, studi Visa juga membeberkan soal besarnya potensi penggunaan contactless di masyarakat, khususnya generasi muda. Menurut studi tersebut, 3 dari 4 konsumen Indonesia tertartik menggunakan kartu contactless.

Berdasarkan sebarannya, 78 persen Gen Y, 74 persen Gen Z dan 80 persen Affluent menyatakan minat.

Jika ketertarikan tersebut berasal dari Gen Z saja, jumlahnya sudah cukup besar. Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), jumlah penduduk gen Z yang berusia 10-24 tahun sebanyak 68 juta jiwa per 31 Desember 2021.

Sementara Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik (BPS), pada Maret 2022 sebanyak 68,82 juta jiwa penduduk Indonesia masuk kategori pemuda. Angka tersebut porsinya mencapai 24 persen dari total penduduk.

Menurut UU Nomor 40 Tahun 2009 tentang kepemudaan, Pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 sampai 30 tahun.

Merujuk pada data tersebut, penggunaan contactless payment di Indonesia jelas punya potensi yang besar jika penetrasinya dapat ditingkatkan. Hal ini juga perlu didukung oleh literasi yang masif dari para pemangku kepentingan dan pemerintah.

Baca Juga: Fakta-Fakta Sistem Pembayaran Contactless: Riset Terbaru dari Visa

2. Contactless perlu didukung regulasi

Contactless di Indonesia Belum Didukung RegulasiMesin EDC yang ada di salah satu supermarket. (IDN Times/ Hana Adi Perdana)

Masih rendahnya penetrasi contactless di Indonesia lantaran regulasi di dalam negeri belum mendukung penuh kehadiran pembayaran nirsentuh tersebut.

Presiden Direktur PT Visa Worldwide Indonesia, Riko Abdurrahman mengatakan, pihaknya berharap dari sisi regulasi agar local spec dari debit card dapat di upgrade. Saat ini, kata Riko, debit card di Tanah Air menggunakan local spec bernama National Standar Indonesian Chip Card Specification (NSICCS).

Bank Indonesia (BI) menetapkan NSICCS sebagai Standar Nasional Teknologi Chip kartu ATM dan/atau kartu debit yang digunakan oleh seluruh penyelenggara kartu ATM dan atau kartu debit di Indonesia.

"Jadi speknya Visa di seluruh dunia itu EMV, itu untuk transaksi di dalam negeri tidak boleh dipakai, yang dipakai harus local spec. Local spec ini belum bisa contactless. Jadi, ya kita mendukung regulasi yang mengatakan harus menggunakan local spec. Tapi local spec-nya tolong di upgrade. Supaya bisa contacless," kata Riko saat berbincang dengan IDN Times di Hotel Fairmont, Singapura, belum lama ini.

Riko menjelaskan, contactless payment bukanlah hal baru. Teknologi tersebut sudah ada sejak 2004-2005. Sementara pada sektor transportasi, contactless sudah dikembangkan Visa sejak 2010 di Kuala Lumpur, Malaysia hingga London.

Dia berharap regulasi di Indonesia dapat mendukung peningkatan penetrasi contactless, khususnya pada sektor transportasi.

"Mudah-mudahan (contactless payment di MRT Indonesia) bisa terealisasi mengikuti lebih dari 600 kota di seluruh dunia yang sudah meng-adopt contactless," ucap dia.

Senada dengan Riko, Pengamat Transportasi Djoko Setijowarno menilai pembayaran contactless khususnya pada sektor transportasi belum didukung oleh regulasi.

"Masih harus banyak dibenahi. Masalahnya ada diregulasinya," kata Djoko kepada IDN Times, Jumat (25/3/2023).

Jika menengok negara tetangga seperti di Singapura, moda transportasi di Negeri Singa itu sudah menggunakan contactless payment. Djoko optimistis transportasi di Indonesia juga akan segera mengadopsi contactless dan mengintegrasikannya dengan moda transportasi lainnya.

"Insya Allah bisa (seperti negara lain). Dari tiga integrasi (integrasi fisik, jadwal dan pembayaran), integrasi pembayaran yang belum sempurna," tuturnya.

Baca Juga: 5 Alasan Pembayaran Contactless Jadi Pilihan, Travelers Perlu Tahu Ini

3. Pembayaran contactless di Indonesia diharapkan bisa lebih banyak dilakukan di transportasi hingga ritel

Contactless di Indonesia Belum Didukung RegulasiPengguna MRT sedang menunggu kereta selanjutnya. (IDN Times/Hana Adi Perdana)

Salah seorang karyawati, Intan (29), berharap sistem pembayaran contactless bisa lebih banyak lagi digunakan di transportasi hingga ritel yang ada di Indonesia. Kepada IDN Times, Intan mengaku mengharapkan hal tersebut usai berkunjung dari Singapura dan menggunakan layanan contactless saat bertransaksi di ritel maupun MRT.

"Dari sistem pembayaran lebih mudah untuk pelancong/ wisatawan yang berkunjung ke Singapura. Tinggal pakai kartu debit/kredit yang punya akses Visa contactless bisa langsung digunakan tinggal 'tap' untuk belanja, naik MRT dan bus," papar dia.

Senada dengan Intan, Pipit (26), juga berharap contactless dapat lebih banyak digunakan di Indonesia. Menurutnya, metode pembayaran tersebut sangat praktis untuk mendukung mobilitas masyarakat yang cukup tinggi.

Selain itu, pembayaran contactless juga meminimalisir risiko kartu atau uang hilang dan mengurangi antrian yang panjang. Pernyataan Pipit tercermin dari pengalamannya saat berkunjung ke luar negeri, di mana sudah banyak mengadopsi contactless.

"Sangat ada (harapan). Khususnya di Jakarta atau daerah lain yang memiliki mobilitas tinggi dan transportasi yang terintegrasi. Namun perlu diimbangi dengan gap waktu keberangkatan antarmoda supaya efisiensi bisa maksimal," imbuh dia.

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya