Jakarta Balik ke PSBB Transisi, Ekonomi RI Diprediksi Tetap Kepayahan

Kuncinya di pengendalian pandemik COVID-19

Jakarta, IDN Times - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memutuskan untuk mengembalikan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Jakarta ke masa transisi. Namun demikian, ekonomi RI diperkirakan masih akan tetap payah di kuartal IV 2020. Sebab, hal terpenting dalam pemulihan ekonomi adalah pengendalian terhadap wabah tersebut.

"Kalau saya lihat dari trennya, mestinya kuartal IV 2020 lebih bagus dan kuartal III lebih bagus dari kuartal II. Trennya meski membaik. tapi memang untuk kuartal III dan kuartal IV jelas akan kontraksi (minus)," kata Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal kepada IDN Times, Rabu (14/10/2020).

1. Pandemik COVID-19 membuat potensi peningkatan ekonomi di akhir tahun terhambat

Jakarta Balik ke PSBB Transisi, Ekonomi RI Diprediksi Tetap KepayahanIlustrasi ekonomi terdampak pandemik COVID-19 (IDN Times/Arief Rahmat)

Menurut Faisal, periode natal dan tahun baru di akhir tahun tidak akan mampu mendorong peningkatan konsumsi masyarakat. Sebab, pandemik COVID-19 yang belum terkendali membuat sejumlah sektor usaha tidak bisa bergerak bebas.

"Kontraksinya lebih baik tapi tetap minus (pertumbuhan ekonominya)," tutur dia.

Baca Juga: Hattrick Deflasi, Sinyal Apa bagi Indonesia?

2. Inflasi di Desember diperkirakan akan tetap rendah

Jakarta Balik ke PSBB Transisi, Ekonomi RI Diprediksi Tetap KepayahanIlustrasi Inflasi (IDN Times/Arief Rahmat)

Faisal menjelaskan, inflasi menjadi salah satu indikator terhadap pergerakan konsumsi masyarakat. Bila dia mengalami inflasi yang tinggi, maka daya beli masyarakat sedang tinggi yang diikuti oleh kenaikan harga pada sejumlah komoditas. Sebaliknya, bila inflasinya rendah atau mengalami deflasi, artinya daya beli masyarakat sedang mengalami pelemahan.

Berkaca pada inflasi lebaran 2020, lanjut Faisal, inflasi Desember diperkirakan tidak akan tinggi seperti periode lebaran Mei 2020 lalu. Saat itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasinya sebesar 0,07 persen. Padahal, tren inflasi di periode tersebut sedang tinggi karena adanya lebaran. Ini artinya momen natal dan tahun baru belum mendongkrak konsumsi masyarakat.

"Saya rasa di kuartal IV tidak akan jauh beda (inflasinya).
Jadi pastinya daya dorong indikatornya inflasi. Artinya (pertumbuhan ekonomi) kuartal IV tidak banyak perubahannya dibanding kuartal III," jelas dia.

3. Pilkada juga tidak akan membantu mendorong ekonomi

Jakarta Balik ke PSBB Transisi, Ekonomi RI Diprediksi Tetap KepayahanIDN Times/Silviana

Tidak hanya itu, adanya momen pilkada juga diprediksi tidak akan membantu memberi dampak signifikan bagi pertumbuhan ekonomi domestik. Sebab, pandemik COVID-19 membuat banyak sektor swasta dan APBD menjadi terdampak.

"Memang ada pilkada. tapi pilkada ini jelas beda. dampaknya beda saat normal. Ini karena memukul sektor swasta, APBD, pemda itu terpukul sekali. Beda dengan pusat ya yang dengan leluasa bisa melebarkan deifist/utang. Pemda tidak sehingga agak kesulitan," ucap dia.

Baca Juga: Cara Mengatur Keuangan agar Bisa Bertahan dalam Resesi

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya