Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Harga Bitcoin Anjlok di Bawah 78 Ribu Dolar AS

ilustrasi Bitcoin mengalami penurunan harga (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)
ilustrasi Bitcoin mengalami penurunan harga (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)
Intinya sih...
  • Harga bitcoin anjlok hingga di bawah 78 ribu dolar AS, turun 6 persen dalam satu malam
  • Koreksi besar juga terjadi pada aset kripto lainnya seperti ether dan solana

Jakarta, IDN Times – Harga bitcoin anjlok hingga menyentuh level di bawah 78 ribu dolar Amerika Serikat (AS) pada Minggu (6/4/2025) malam. Penurunan ini terjadi seiring kejatuhan pasar global yang dipicu kebijakan tarif baru Presiden Donald Trump.

Menurut Coin Metrics, bitcoin terakhir diperdagangkan pada posisi 77.730,03 dolar AS atau turun 6 persen. Sepanjang tahun ini, aset kripto tersebut sempat stabil di atas 80 ribu dolar AS, namun kini tercatat telah jatuh 28 persen dari rekor tertingginya pada Januari 2025.

Penurunan ini menandai perubahan drastis setelah bitcoin sempat bertahan ketika saham dan emas merosot. Kini, koreksi besar ikut menyeret aset kripto lainnya, termasuk ether dan solana yang terjun hingga 12 persen.

1. Investor melarikan diri dari aset risiko

ilustrasi cryptocurrency (IDN Times/Aditya Pratama)
ilustrasi cryptocurrency (IDN Times/Aditya Pratama)

Kepanikan pasar membuat investor melepaskan aset kripto mereka selama akhir pekan. Ini terjadi usai Trump mengumumkan tarif balasan untuk seluruh impor, yang memicu ketakutan akan resesi global.

Sentimen tersebut membuat seluruh pasar keuangan tertekan. Dalam dua sesi perdagangan pasca-pengumuman tarif, nilai kapitalisasi pasar global menyusut 7,46 triliun dolar AS. Dari jumlah itu, 5,87 triliun dolar AS berasal dari pasar saham Amerika Serikat, sedangkan sisanya, 1,59 triliun dolar AS, berasal dari pasar luar negeri, menurut S&P Dow Jones Indices.

“Kripto itu aneh, tapi umumnya sangat terhubung dengan optimisme dan selera risiko,” tulis Haseeb Quresehi, investor ventura spesialis kripto, melalui media sosial.

“Optimisme itu hancur karena Trump diam saja,” tambahnya, dikutip dari Deccan Herald, Senin (7/4).

2. Gelombang likuidasi hantam pasar kripto

ilustrasi Bitcoin (pexels.com/DS stories)
ilustrasi Bitcoin (pexels.com/DS stories)

Ambruknya harga bitcoin memicu gelombang long liquidation, yakni kondisi saat trader harus menjual paksa aset untuk menutup kerugian karena gagal menebak arah pasar.

Dalam 24 jam terakhir, bitcoin mencatat lebih dari 247 juta dolar AS likuidasi posisi long. Ether mengalami likuidasi senilai 217 juta dolar AS dalam periode yang sama, menurut CoinGlass.

Kondisi ini mencerminkan tingginya ketidakpastian di pasar. Meskipun bitcoin sering disebut sebagai penyimpan nilai jangka panjang, pergerakannya tetap sangat terpengaruh oleh dinamika global.

3. Janji Trump untuk kripto justru berbalik arah

ilustrasi cryptocurrency (IDN Times/Aditya Pratama)
ilustrasi cryptocurrency (IDN Times/Aditya Pratama)

Presiden Trump, yang dijuluki “presiden bitcoin pertama,” sebelumnya disambut hangat oleh komunitas kripto karena sikap pro terhadap industri ini. Ia menunjuk regulator yang mendukung kripto dan menandatangani perintah eksekutif untuk membangun cadangan bitcoin nasional.

Pada hari pelantikannya di Januari, harga bitcoin bahkan sempat mencetak rekor hampir 110 ribu dolar AS. Namun, sejak Trump mengumumkan tarif global pekan lalu, harga bitcoin telah turun 10 persen, menurut laporan Deccan Herald.

Trump juga diketahui memperluas investasi pribadinya di sektor kripto, termasuk memasarkan memecoin kepada para pendukungnya. Meski begitu, efek kebijakan dagangnya justru membawa sentimen negatif bagi pasar yang selama ini mendukungnya.

4. Harga bitcoin diprediksi masih akan terkoreksi

ilustrasi bitcoin (pexels.com/David McBee)
ilustrasi bitcoin (pexels.com/David McBee)

Dilansir dari CNBC Internasional, sepanjang 2025, bitcoin sudah turun sekitar 15 persen. Tanpa pemicu spesifik dari dalam ekosistem kripto, pergerakannya diprediksi tetap selaras dengan saham.

Investor kini lebih fokus pada risiko resesi global ketimbang insentif regulasi yang sempat diharapkan menjadi penopang harga kripto tahun ini.

Bitcoin, yang selama ini diperlakukan seperti saham teknologi besar, kembali menunjukkan sifat volatilitasnya. Meski sebelumnya sempat rebound saat pasar saham melemah, tren terbaru mengonfirmasi bahwa aset kripto belum sepenuhnya lepas dari bayang-bayang ketidakpastian ekonomi global.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us