Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi kapal tanker (unsplash.com/thanasis_p)
ilustrasi kapal tanker (unsplash.com/thanasis_p)

Intinya sih...

  • Harga minyak Rusia turun karena tidak laku di pasaran. Pembelian dari China dan India tidak lagi berminat untuk membeli minyak mentah Rusia karena terdampak sanksi dari AS.

  • Pendapatan dari ekspor minyak dan gas (migas) Rusia turun 34 persen pada November. Total pendapatannya turun 21 persen selama lebih dari 11 bulan pada 2025.

  • India masih berniat datangkan minyak dari Rusia. Meski diterapkannya sanksi dari AS kepada perusahaan minyak Rusia, India mengungkapkan rencana untuk mengimpor sekitar 800 ribu barel minyak dari Rusia.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Harga minyak mentah Rusia turun ke level terendah di tengah tekanan sanksi Amerika Serikat (AS). Alhasil, harga minyak mentah Ural asal Rusia di Pelabuhan Novorossiysk jatuh ke angka 34,52 dolar AS (Rp571 ribu) per barrel atau yang terendah sejak dimulainya perang Rusia-Ukraina. 

Pada November, pendapatan Rusia dari ekspor minyak mentah turun ke level terendah sejak Maret 2023. Saat itu, Rusia hanya mendapatkan penghasilan sebesar 1,22 miliar dolar AS (Rp20,3 triliun). 

1. Harga minyak Rusia turun karena tidak laku di pasaran

Bendera Rusia. (pixabay.com/michel_van_der_vegt)

Harga minyak mentah asal Rusia turun karena tidak laku di pasaran. Pembelian dari China dan India tidak lagi berminat untuk membeli minyak mentah Rusia karena terdampak sanksi dari AS. 

Sejumlah perusahaan Rusia sudah mengurangi harga minyak dan biaya transportasi untuk meningkatkan jumlah pembeli. Namun, sejumlah kilang minyak di India terus menolaknya. 

“Rusia kehilangan miliaran dolar setiap bulan karena sanksi pada industri minyaknya. Diskon untuk minyak Rusia terus meningkatkan hingga 30 persen dan sejumlah kasus mencapai lebih dari 50 persen,” tutur Peneliti di German Institute for International Security Affairs, Janis Kluge. 

2. Pendapatan dari ekspor minyak dan gas (migas) Rusia turun

Bendera Rusia. (pixabay.com/fotiniya)

Kementerian Keuangan Rusia mengungkapkan bahwa total pendapatan dari sektor migas Rusia mengalami penurunan 34 persen pada November. Sementara itu, secara kumulatif, pendapatannya turun 21 persen selama lebih dari 11 bulan pada 2025. 

Penurunan pendapatan ini akan membuat penghasilan pajak dari sektor migas turun menjadi 410 miliar ruble (Rp84,9 triliun). Pendapatan ini menjadi yang terendah sejak Agustus 2020 dan turun 49 persen dibandingkan level pada Desember 2024. 

3. India masih berniat datangkan minyak dari Rusia

Bendera India. (unsplash.com/aboodi_vm)

Pada Desember 2025, India mengungkapkan rencana untuk mengimpor sekitar 800 ribu barel minyak dari Rusia. Pernyataan ini disampaikan meski diterapkannya sanksi dari AS kepada perusahaan minyak Rusia. 

Dilansir BBC, Presiden Rusia Vladimir Putin sudah mengadakan kunjungan ke New Delhi untuk bertemu Perdana Menteri India, Narendra Modi. Ia mengatakan akan memastikan pengiriman bahan bakar minyak ke India. 

Di sisi lain, Modi juga mempertanyakan kenapa India harus dihukum oleh AS karena membeli minyak dari Rusia. Sebab, AS sendiri masih membeli bahan bakar nuklir dari Rusia. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team