Pendapatan Ekspor Minyak Rusia Terendah dalam 2,5 Tahun Terakhir

- Rusia hanya memperoleh Rp20,4 triliun dari ekspor minyak
- Pengiriman minyak Rusia terendah dalam 3 bulan terakhir
- AS sebut sanksi sudah berdampak besar pada pendapatan Rusia
Jakarta, IDN Times - Pendapatan Rusia dari ekspor minyak mentah turun ke level terendah dalam 2,5 tahun terakhir. Penurunan ini disebabkan keengganan negara-negara Asia, seperti China dan India membeli minyak mentah dari Rusia.
Penurunan ekspor ini didorong oleh sanksi baru Amerika Serikat (AS) dan Inggris terhadap perusahaan minyak Rusia, Rosneft dan Lukoil. Padahal, kedua perusahaan itu memproduksi dan mengekspor 50 persen dari minyak di Rusia.
1. Rusia hanya memperoleh Rp20,4 triliun dari ekspor minyak

Pada pekan ini, Rusia hanya memperoleh rata-rata pendapatan dari ekspor minyak mentah sebesar 1,22 miliar dolar AS (Rp20,4 triliun). Angka ini menjadi pendapatan terendah sejak Maret 2023.
Dilansir The Moscow Times, pendapatan ini juga menurun 20 persen dibandingkan pendapatan pada sepekan sebelumnya. Pada akhir Oktober, pendapatan ekspor minyak Rusia mampu menembus 1,48 miliar dolar AS (Rp24,7 triliun).
Sementara, penurunan penjualan ini disebabkan oleh jatuhnya harga minyak ekspor andalan Rusia, yakni minyak Ural. Sepekan lalu, harga minyak Ural menurun 36 dolar AS (Rp602 ribu) per barel dan kini kembali turun hingga 23 dolar AS (Rp384 ribu) per barel.
2. Pengiriman minyak Rusia terendah dalam 3 bulan terakhir

Pengiriman minyak mentah Rusia lewat laut juga mengalami penurunan dalam 3 bulan terakhir. Penurunan ini disebabkan oleh sanksi AS terhadap Lukoil dan Rosneft yang menyebabkan keengganan negara lain untuk membeli minyak Rusia.
Sesuai kebijakan AS, pemilik kapal diperbolehkan untuk meningkatkan biaya risiko karena mengirimkan minyak Rusia. Kebijakan ini berdampak besar di Turki karena pemerintah setempat menetapkan aturan ketat.
Alhasil, biaya pengiriman naik 3,7 persen di rute-rute utama. Meskipun demikian, analis memperkirakan bahwa pasar tidak akan terdampak defisit kapal tanker dan kapasitas masih tetap cukup untuk mengekspor minyak mentah.
3. AS sebut sanksi sudah berdampak besar pada pendapatan Rusia

Kementerian Keuangan Rusia menyebut, dampak awal dari sanksi yang ditetapkan akhir Oktober ini sudah terlihat. Pendapatan Rusia dari sektor minyak sudah menurun dan akan berdampak pada kapabilitas Rusia untuk membiayai perang di Ukraina.
Dilansir UNN, aksi AS ini disebut menjadi yang paling tegas sejak dimulainya invasi skala besar Rusia ke Ukraina. Selain itu, sanksi ini menjadi yang pertama kali dilakukan pada masa pemerintahan Presiden AS, Donald Trump kepada Rusia.
Di sisi lain, International Energy Agency memperingatkan sanksi kepada perusahaan minyak Rusia ini akan berdampak pada pasar minyak global. Namun, saat ini, dampak sanksi belum sampai yang terburuk.

















