Indonesia Bisa Ambil Untung dari Proyek OBOR Tiongkok dengan 4 Cara 

Kira-kira bisa gak diwujudkan?

Jakarta, IDN Times - Proyek Inisiatif Sabuk dan Jalan Tiongkok (Belt and Road Initiative) atau yang juga disebut One Belt One Road (OBOR) mendapat beragam reaksi, khususnya nada miring dari berbagai pihak terkait ancamannya.

Peneliti Indef Andry Satrio Nugroho menyebut, Indonesia tidak selalu akan rugi. Justru sebaliknya, Indonesia bisa memanfaatkan peluang ini. Bagaimana caranya?

1. Harusnya bermitra, bukan bersaing secara langsung

Indonesia Bisa Ambil Untung dari Proyek OBOR Tiongkok dengan 4 Cara IDN Times/Anata

Andry menilai industri Indonesia tidak semapan Tiongkok sehingga perlu difasilitasi melalui BRI ini, bukan bersaing secara langsung. Contohnya adalah e-commerce di mana banyak produk atau UMKM kita ‘dipaksa’ berhadapan langsung atau head-to-head dengan produk Tiongkok.

“Banyak di antara kita membeli produk yang tarif pengiriman nol persen dan hanya menunggu tidak lebih dari 1 minggu mendapatkan produk langsung dari China.Dari harga saja, IKM dan UMKM pasti kita sudah kalah oleh Tiongkok. Maka caranya bukanlah head-to-head, tetapi bermitra,” jelas Andry.

Baca Juga: OBOR, Ambisi Besar Tiongkok Kuasai Ekonomi Dunia

2. Kerja sama produk yang kita hasilkan

Indonesia Bisa Ambil Untung dari Proyek OBOR Tiongkok dengan 4 Cara IDN Times/Mohamad Ulil Albab

Langkah selanjutnya adalah membuat kerja sama agar produk Indonesia bisa bersaing dengan produk Tiongkok. Untuk kasus ini, Andry mengambil contoh durian monthong Thailand yang laku keras dijual di situs Alibaba sebanyak 2 ton.

“Ketika diposting pertama kali, 80 ribu durian monthong terjual dalam waktu 1 menit saja. Distribusi sudah kuat, marketplace sudah ada dan disediakan oleh Alibaba, pasarnya di China sudah ada. Inilah bentuk kerjasama yang komprehensif dan saling menguntungkan,” ujarnya.

3. Dengan mengerjakan produk Tiongkok, industri Indonesia bisa berkembang

Indonesia Bisa Ambil Untung dari Proyek OBOR Tiongkok dengan 4 Cara ANTARA FOTO/Zabur Karuru

Andry menyadari bahwa bahwa industri Indonesia tidak begitu mengambil peran di rantai pasok dunia atau Global Value Chain (GVC), apalagi participation rate-nya hanya sebesar 37,1 persen dari total ekspor atau di bawah negara berkembang yang sebesar 41,4 persen.

Angka tersebut menjadikan Tiongkok sebagai sumber di mana industri Indonesia bisa berkembang. Dengan catatan, sebanyak 19,5 persen konten produk Tiongkok ialah produk ekspor dari industri Indonesia. 

“Lalu, sebanyak 13,3 persen produk industri kita menjadi bagian dari produk mereka. Ini artinya, kita juga mengekspor bahan baku untuk produk industri mereka. Angka ini terbesar jika kita bandingkan dengan Korea Selatan, Jepang dan Amerika Serikat,” papar Andry.

Baca Juga: Ancaman Kerja Sama OBOR, Aset KEK Indonesia Bisa Dimiliki Tiongkok

4. Bukan kerja sama infrastruktur yang memudahkan barang Tiongkok bisa bebas masuk

Indonesia Bisa Ambil Untung dari Proyek OBOR Tiongkok dengan 4 Cara IDN Times/Uni Lubis

Menurutnya, perlu digarisbawahi bahwa seharusnya kerjasama melalui proyek BRI atau OBOR ini bukan pada sektor infrastruktur yang memudahkan barang konsumsi Tiongkok langsung dapat dikonsumsi oleh masyarakat kita.

“Namun ke depan kerja sama perlu bertujuan pada pengembangan industri domestik yang berbasis ekspor. Saya rasa dengan cara ini, ke depan, Indonesia dapat mengambil manfaat. Mulai dari harapan reindustrialisasi hingga perbaikan curent account deficit kita,” kata Andry.

Baca Juga: OBOR dan Indonesia yang Makin Sulit Lepas dari Cengkraman Tiongkok

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya