Mendag: Pendapatan Bisnis Ritel Turun Rp12 Triliun 2 Bulan Terakhir

Tapi PMI membaik, menunjukkan ekonomi bangkit

Jakarta, IDN Times - Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menyebut terjadi penurunan pada sektor ritel akibat pandemik virus corona. Tidak tanggung-tanggung, selama dua bulan terakhir, pendapatan sektor ritel turun hingga Rp12 triliun.

"Penurunan cukup signifikan dua bulan terakhir sekitar Rp12 triliun. Pusat perbelanjaan yang tidak aktif di DKI ada 70. Sekitar Jabodetabek ada 326. Pendapatan tidak sama dengan sebelum COVID-19," kata Agus dalam webinar Ngobrol Seru IDN Times dengan tema 'New Normal, Bisnis Ritel Pasca Pandemik COVID-19', Kamis (18/6).

1. PMI merosot saat COVID-19 dan mulai terlihat naik

Mendag: Pendapatan Bisnis Ritel Turun Rp12 Triliun 2 Bulan TerakhirANTARA FOTO/Asep Fathulrahman

Agus juga mengatakan Purchasing Managers' Index (PMI) Indonesia pada bulan Mei yang bergerak positif sebesar 28,6 persen. Hal ini menandakan kebangkitan ekonomi Indonesia di tengah COVID-19. Setelah pada Februari lalu masih sebesar 50 persen.

"April 27,6 persen dan Mei ada peningkatan di 28,6 persen. Ini kita harus waktunya untuk rebound," ujar Agus.

Baca Juga: Nasib Stok Pakaian di Ritel yang Menumpuk akibat COVID-19 di Dunia

2. Nasib ritel yang hancur sejak awal tahun

Mendag: Pendapatan Bisnis Ritel Turun Rp12 Triliun 2 Bulan TerakhirIlustrasi Mal Jakarta (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Diberitakan sebelumnya, Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey menyebut ritel pakaian di Indonesia sedang mengalami masa sulit sepanjang tahun 2020 ini. Tidak hanya karena terdampak virus corona, namun akibat banjir di awal tahun membuat nasib ritel pakaian hancur lebur.

"Ritel pakaian selama PSBB ketat, kita terdampak hampir 90 persen. Karena ritel sandang rata-rata tutup," kata Roy kepada IDN Times, Rabu (17/6).

3. Prediksi kecilnya pertumbuhan ritail hingga akhir tahun

Mendag: Pendapatan Bisnis Ritel Turun Rp12 Triliun 2 Bulan TerakhirIlustrasi Mal Jakarta (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Dengan rentetan kejadian sejak awal tahun, Aprindo pesimis karena tidak adanya hari besar atau perayaan hingga jelang akhir tahun yang dapat dijadikan momentum masyarakat membeli pakaian.

"Harapan kita awal Juli sudah beroperasi. Agustus-September biasanya under perorm karena gak ada musim, gak ada hari perayaan agama atau event. November-Desember baru meningakat karena ada kebijakan seperti stimulus dari pemerintah," katanya.

Sehingga ia memprediksi pertumbuhan ritel secara keseluruhan hanya bisa tumbuh 3-3,5 persen atau turun 50 persen dari tahun lalu sebesar 8-8,5 persen. Karena ritel terdiri dari pangan dan sandang, maka angka ini bisa lebih memprihatinkan.

"Ritel pangan tetap mendominasi dari pertumbuhan ritel, bisa 55 persen. Kalau pertumbuhan tahun ini 3 persen, ritel sandang hanya 1,5-1,6 persen," ucap Roy.

https://www.youtube.com/embed/oeIer0hQRo0

Baca Juga: Hancur Lebur Nasib Ritel Pakaian di 2020 akibat Banjir dan COVID-19

Topik:

  • Anata Siregar
  • Jumawan Syahrudin

Berita Terkini Lainnya