Mengenal PT Pelindo II, Pelabuhan BUMN Berbasis Digitalisasi

Pelindo II ditargetkan jadi pelabuhan kelas dunia pada 2020

Jakarta, IDN Times – Apa yang ada di pikiran kamu saat mendengar pelabuhan? Mungkin masih ada kesan jorok dan tidak tertata. Namun pemikiran itu dibuktikan salah oleh PT Pelabuhan Indoesia II (Persero) yang kini sudah menekankan digitalisasi dalam operasionalnya.

Berikut ini adalah profil PT Pelindo (Persero) II beserta sejarah singkatnya.

1. Sejarah Pelindo II

Mengenal PT Pelindo II, Pelabuhan BUMN Berbasis DigitalisasiANTARA FOTO / Aditya Pradana Putra

Sejarah Pelindo II bermula dari keputusan pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1960 untuk membentuk Perusahaan Negara (PN) Pelabuhan I hingga Pelabuhan VIII sebagai pengelola pelabuhan laut di seluruh Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 1960 tentang pengelolaan pelabuhan umum yang dilakukan oleh  Badan Pengusahaan Pelabuhan (BPP).

Dalam perkembangannya, pemerintah menata pengelolaan pelabuhan umum dengan memisahkan aspek operasional dan komersial dalam pengelolaan pelabuhan. BPP yang terdiri dari PN Pelabuhan I hingga Pelabuhan VIII bertanggung jawab terhadap pengelolaan aspek komersial, sementara aspek operasional dikoordinasikan oleh Lembaga Administrator Pelabuhan (Adpel).

Februari 1985, Perum Pelabuhan dilebur dan dibagi menjadi empat wilayah operasi, dengan nama Perum Pelabuhan I sampai IV. Keempat Perum itu merupakan BUMN yang berada di bawah pembinaan Departemen Perhubungan Republik Indonesia.

Bentuk Perusahaan Umum (Perum) diubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) sehingga namanya berubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Pelabuhan Indonesia II.

22 Februari 2012, Pelindo II (Persero) meluncurkan identitas baru dalam bertransformasi menjadi IPC (Indonesia Port Corporation), perusahaan penyedia layanan kepelabuhanan di Indonesia yang lebih efisien dan modern dalam berbagai aspek operasinya guna mencapai tujuan menjadi operator pelabuhan berkelas dunia.

2. Makna dari logo Pelindo II

Mengenal PT Pelindo II, Pelabuhan BUMN Berbasis DigitalisasiPelindo II

Logo dari Pelindo II memiliki sejumlah makna. Warna jingga di logo ini adalah semangat perubahan, kekuatan, optimisme, serta kebanggaan setiap karyawan, untuk bersama-sama berdiri di garis terdepan dalam mencapai tujuan organisasi.

Sisi biru pada logo menggambarkan kesiapan memasuki era baru yang dinamis dan fleksibilitas setiap komponen dalam perusahaan menghadapi berbagai tantangan guna mencapai tujuan perusahaan, sebagai a world-class port operator.

3. Targetkan pelabuhan kelas dunia

Mengenal PT Pelindo II, Pelabuhan BUMN Berbasis DigitalisasiANTARA FOTO / Aditya Pradana Putra

Pelindo II (Persero) menargetkan menjadi pelabuhan kelas dunia pada 2020. Salah satu cara yang mereka lakukan adalah dengan melakukan digitalisasi operasional pelabuhan berbasis otomasi.

Salah satunya di Pelabuhan Tanjung Priok yang merupakan terbesar di Indonesia. Sebagai pengelola pelabuhan kelas dunia, Pelindo II terus berkomitmen melakukan efisiensi agar seluruh pelayanan dan operasi memiliki daya saing tinggi. IPC menargetkan pendapatan usaha tahun ini Rp13,5 triliun setelah tahun lalu membukukan Rp11,4 triliun.

 

Baca Juga: Pelindo III Tambah Kuota Mudik Gratis

4. Laba bersih hingga Rp757,9 miliar di awal tahun

Mengenal PT Pelindo II, Pelabuhan BUMN Berbasis DigitalisasiANTARA FOTO / Aditya Pradana Putra

Pelindo II (Persero) membukukan laba bersih Rp757,9 miliar pada kuartal I/2019, melonjak 24,9 persen dari pencapaian laba bersih pada periode yang sama tahun lalu.

Keberhasilan Pelindo itu karena adanya efisiensi operasional yang merupakan dampak dari digitalisasi semua layanan Pelindo II yang menjadikan pelayanan lebi cepat dan murah biaya.

Beberapa digitalisasi yang dilakukan seperti Marine Operation System (MOS), Terminal Operating System di terminal peti kemas (TOS) dan nonpeti kemas (NPK TOS), DO Online, dan Integrated Billing System (IBS).

Direktur Utama IPC Elvyn G. Masassya mengatakan sepanjang Januari-Maret, Pelindo II menekan biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) sebesar 2,37 persen. Berdasarkan rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP), BOPO diproyeksikan 69,12 persen, dalam realisasinya, mereka menekan BOPO menjadi 67,48 persen.

Baca Juga: Merapat di Tanjung Priok, Ini 5 Fakta Kapal Layar Rainbow Warrior

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya