Sulit Pulih, Okupansi Hotel Hanya 20 Persen meski Sudah New Normal

Pengusaha dibayangi dua ketakutan

Jakarta, IDN Times - Memasuki masa new normal atau normal baru, sektor hotel dan restoran masih belum pulih sepenuhnya. Wakil Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran mengatakan kini okupansi hotel dan restoran cuma berkisar 20 persen. 

"Paling tinggi bervariatif, average 20 persen, tapi masih banyak yg single digit di bawah 10 persen. Belum semua hotel membuka juga," kata Maulana kepada IDN Times, Rabu (1/7/2020).

Sebelumnya, pada masa pembatasan berskala besar (PSBB), okupansi anjlok hingga rentang nol ke 10 persen.

1. Dibayangi dua ketakutan

Sulit Pulih, Okupansi Hotel Hanya 20 Persen meski Sudah New NormalSekjen PHRI Maulana Yusran (IDN Times/Shemi)

Rendahnya okupansi tersebut didasarkan dua hal. Pertama adalah penerapan dan pengawasan protokol kesehatan di detinasi objek wisata. Kedua adalah masih ada rasa takut di masyarakat untuk berpergian.

"Masing-masing daerah itu yang harus doperhatian protokol kesehatan itu kewajiban pemerintah daerah karena kami dari PHRI untuk hotel dan resto sudah ada sendiri, tinggal pengawasannya," ujar Maulana.

Baca Juga: Dua Tempat Wisata Candi Dibuka, Angin Segar bagi Pelaku Wisata

2. Pergerakan wisatawan masih terbatas

Sulit Pulih, Okupansi Hotel Hanya 20 Persen meski Sudah New NormalBelawan Bahari berpotensi menjadi salah satu destinasi wisata di Kota Medan yang akan menyedot wisatawan (Istimewa)

Meski sudah dibuka, Maulana mengatakan pergerakan wisatawan masih terbatas. Kebanyakan adalah wisatawan lokal dan yang berasal kota-kota terdekat. Hal ini karena dipengaruhi oleh transportasi yang mengakut penumpang dan mahalnya biaya yang dikenakan.

"Pergerakan ada tapi tidak terlalu besar. Karena pergerakan pesawat di bandara maksimal 2 kali. Selama masih 1 flight, pergerakan orang masih dikit," kata Maulana menjelaskan.

3. Berharap ada pergerakan dari pemerintah

Sulit Pulih, Okupansi Hotel Hanya 20 Persen meski Sudah New NormalIlustrasi Room Attedant (Dok. Kemenparekraf).

Maulana mengungkapkan, alasan orang bepergian adalah untuk berlibur. Namun salah satu penyumbang terbesar okupansi hotel menurutnya berasal dari kegiatan pemerintah seperti rapat dan lainnya.

"Kegiatan pemerintah belum ada. Padahal 30-40 persen (okupansi) dari pemerintah di tiap daerah. Ini supaya UKM juga bisa bergerak," katanya.

"Jadi saat ini pengusaha hotel masih wait and see karena mereka buat strategi untuk survive ke depan. Karena ada masalah seperti tagihan listrik dan lainnya," kata Maulana menambahkan.

Baca Juga: Protokol Kesehatan Bikin Pengusaha Hotel Galau 

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya