Biaya Energi Inggris Diperkirakan akan Naik Hingga 50 Persen

Pemerintah diminta kurangi pajak energi 

Jakarta, IDN Times - Tagihan energi di Inggris terus bertambah akibat melonjaknya harga gas dan listrik. Sejumlah perusahaan memperkirakan biaya energi pada tahun depan melonjak hingga 50 persen. 

Lonjakan tagihan pada tahun ini menyebabkan sejumlah perusahaan energi gulung tikar. 

1. Tagihan energi tahun depan dapat mencapai 2 ribu pound sterling

Biaya Energi Inggris Diperkirakan akan Naik Hingga 50 PersenIlustrasi pembangkit listrik. (unsplash.com/Matthew Henry)

Melansir BBC, Emma Pinchbeck, yang memimpin badan perdagangan Energy UK, mengatakan sejak september harga gas telah memecahkan rekor dan selama beberapa minggu terakhir harga kembali naik. Dia memperingatkan tagihan energi domestik dapat meningkat hingga 45-50 persen.

Direktur pelaksana di EDF, perusahaan energi terbesar keempat di Inggris, Philippe Commaret mendesak pemerintah untuk mengambil tindakan atas krisis saat ini. Dia memperingatkan situasi akan memburuk dengan kenaikan harga pada April 2022 bisa mencapai 700 pound sterling (sekitar Rp13,2juta) dan pada Oktober bisa mencapai 2 ribu pound sterling (sekitar Rp37,9 juta), dua kali lipat dari musim dingin lalu.

Saat ini, pelanggan telah terlindungi dari kenaikan penuh dalam biaya grosir dengan adanya batas kenaikan harga yang ditetapkan oleh oleh regulator Ofgem sejak 1 Oktober, yang membatasi sebesar 1.277 pound sterling (Rp24,2 juta). Batas kenaikan berikutnya akan diatur April tahun depan.

Ofgem telah mengusulkan serangkaian solusi jangka pendek dan jangka panjang untuk masalah yang disebabkan oleh batas harga dalam keadaan ekstrem, yang termasuk meninjau batas harga setiap tiga bulan atau merombaknya demi tarif tetap enam bulan.

Baca Juga: Harga Gas Naik, Perusahaan Energi Inggris Cari Dana Talangan

2. Pemerintah diminta kurangi biaya tambahan energi

Biaya Energi Inggris Diperkirakan akan Naik Hingga 50 PersenIlustrasi harga listrik (IDN Times/Arief Rahmat)

Melansir dari The Guardian, Pinchbeck mengatakan beban tagihan enrergi yang melonjak dapat dikurangi oleh pemerintah dengan mengurangi biaya lain, seperti pajak dan pungutan energi hijau, yang telah dilakukan pemerintah lain di Eropa.

Dia juga meminta biaya kebijakan pada tagihan energi yang sedang dikonsultasikan untuk dihapus, bila ada pengurangan yang dilakukan diperkirakan dapat membuat per konsumen menghemat sekitar 190 pound sterling (Rp3,6 juta).

Negara-negara Eropa, termasuk Spanyol, dilaporkan telah memperpanjang serangkaian pemotongan pajak yang dilakukan Juni lalu hingga Mei 2022, untuk meringankan konsumen atas kenaikan tagihan energi.

Pemerintah Inggris saat ini telah meluncurkan berbagai kebijakan yang membantu mengurangi harga energi yang terus naik, dengan memberikan berbagai diskon kepada rumah tangga. Pemerintah pada 2022 akan merilis Strategi Pasar Ritel Energi yang diperbarui, untuk memastikan konsumen terlindungi.

Pekan lalu, gubernur Bank of England memperingatkan bahwa lonjakan harga yang terus terjadi akan memicu penambahan inflasi Inggris hingga sekitar 6 persen pada tahun depan. Saat ini, negara itu telah mencapai tingkat inflasi tertingginya dalam 10 tahun terakhir sebesar 5,1 persen.

3. Kebangkrutan perusahaan energi

Melansir dari The Independent, krisis energi yang terjadi telah menyebabkan 26 perusahaan energi harus menutup usaha mereka dan Ofgem pada Rabu (22/12/2021) telah setuju untuk memberikan biaya 1,8 miliar pound sterling (Rp34,2 triliun) akan diganti melalui tagihan pelanggan.

Namun, biaya Ofgem tidak termasuk biaya untuk membantu Bulb yang bangkrut pada Oktober. Bangrutnya perusahaan energi itu telah menimbulkan risiko pelanggan menanggung tagihan yang meningkat. 

Perusahaan yang bangkrut ini, termasuk Bulb, akan dijalankan oleh Ofgem yang berusaha untuk memulihkan uang pembayar pajak dengan menjual semua atau sebagian dari bisnis, tapi jumlahnya bisa jauh lebih rendah dari yang diperkirakan.

Peraturan saat ini menetapkan biaya apa pun yang tidak dapat diperoleh kembali dapat ditambahkan ke dalam tagihan pelanggan, yang  berarti konsumen sekarang menghadapi tagihan potensial lebih dari 5 miliar pound sterling (Rp95,1 triliun) untuk menutupi biaya gulung tikar perusahaan energi.

Baca Juga: RI Butuh Rp14,2 Kuadriliun buat Transisi ke Energi Terbarukan 

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya