IHSG Dibayangi Sentimen Global, Cek Rekomendasi Saham Pekan Ini

- IPOT identifikasi spekulasi pemangkasan suku bunga global dan awal rilis laporan keuangan kuartal II emiten sebagai sentimen utama pergerakan IHSG.
- Saham-saham yang direkomendasikan IPOTSaran investasi saham seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF), dan PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI).
Jakarta, IDN Times - Penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang berhasil menembus level psikologis 7.000 mendorong terjadinya rotasi ke saham-saham yang sensitif terhadap suku bunga.
PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) memandang momentum itu bisa dimanfaatkan melalui sejumlah emiten sektor perbankan dan konsumer yang akan segera merilis laporan keuangan kuartal II-2025.
Equity Analyst IPOT, David Kurniawan menyebutkan meskipun IHSG menunjukkan sinyal optimisme, investor asing justru mencatatkan penjualan bersih (outflow) di pasar reguler sebesar Rp1,6 triliun sepanjang pekan lalu.
"Meskipun IHSG berada di area psikologis 7.000 yang menandakan optimisme, pelaku pasar tetap harus waspada karena pada fase kenaikan ini investor asing justru melakukan penjualan," kata David dalam keterangannya, dikutip Senin (14/7/2025).
1. Sentimen pemicu IHSG sepekan terakhir

Menurut David, penguatan IHSG dalam sepekan terakhir dipengaruhi oleh kombinasi sentimen global dan domestik. Dari sisi global, terdapat dua faktor utama, yakni rencana penerapan tarif impor oleh Amerika Serikat (AS) dan arah kebijakan suku bunga The Fed.
Dia menjelaskan, AS berencana mengenakan tarif sebesar 32 persen terhadap sejumlah negara, termasuk Indonesia, mulai 1 Agustus. Meski demikian, proses negosiasi yang masih berlangsung dan kemungkinan adanya kompromi hingga akhir Juli dinilai menjadi faktor pendukung pergerakan pasar.
Sementara itu, The Fed masih mempertahankan suku bunga di kisaran 4,25-4,5 persen. Namun, tekanan inflasi yang mulai mereda mendorong ekspektasi pasar terhadap potensi pemangkasan suku bunga pertama pada kuartal IV-2025, yang kemudian meningkatkan minat risiko di pasar negara berkembang.
Di sisi domestik, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 5,50 persen. Keputusan itu didukung oleh penguatan nilai tukar rupiah yang sempat menyentuh Rp16.224 per dolar AS, seiring dengan masuknya aliran modal asing. IPOT menilai kebijakan tersebut mencerminkan komitmen BI dalam menjaga stabilitas moneter di tengah tekanan eksternal.
"Selanjutnya ada sentimen terkait potensi energi terbarukan, di mana pemerintah kembali menegaskan komitmen terhadap target 23 persen bauran energi terbarukan di 2025. Sektor energi bersih dan nikel akan mendapat perhatian lebih di tengah kerja sama mineral strategis dengan AS," tuturnya.
2. Proyeksi pasar saham pekan ini

Untuk periode perdagangan 14-18 Juli 2025, IPOT mengidentifikasi dua sentimen utama yang patut dicermati pelaku pasar, yaitu spekulasi pemangkasan suku bunga global dan awal rilis laporan keuangan kuartal II sejumlah emiten.
David menjelaskan, dengan inflasi global yang mulai menurun, bank sentral di beberapa negara besar mulai membuka kemungkinan pemangkasan suku bunga. Kondisi ini memberikan dorongan terhadap aset berisiko, termasuk saham.
"Selanjutnya terkait rilis kinerja emiten Q2, minggu ini akan dimulai fase pengumuman earnings untuk beberapa sektor, yakni perbankan dan konsumer utama," paparnya.
3. Saham-saham yang direkomendasikan IPOT

Melihat kondisi pasar saat ini, IPOT menyarankan beberapa pilihan saham dan reksa dana yang dinilai berpotensi cuan.
BBCA
Salah satunya adalah saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). IPOT menyarankan beli di harga Rp8.625 dengan harapan bisa naik sampai Rp9.100. Namun, jika harganya turun ke Rp8.400, sebaiknya dijual untuk menghindari kerugian. Saham BBCA dianggap menarik karena keuntungannya naik 16 persen sampai Mei 2025, dan secara analisis teknikal mulai menunjukkan tanda-tanda naik kembali setelah turun.
ADMF
IPOT juga merekomendasikan beli saham PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF) jika harganya menembus Rp9.250. Target keuntungannya adalah di harga Rp9.800, dengan batas kerugian di Rp9.000. Saham ADMF dinilai peka terhadap perubahan suku bunga dan bisa diuntungkan jika bunga turun karena akan mendorong lebih banyak orang mengambil kredit.
AADI
Di sektor energi, saham PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) disarankan untuk dibeli di harga Rp7.000, dengan target naik ke Rp7.575 dan batas rugi di Rp6.676. Walaupun AADI masih bergerak di batu bara, saham ini dinilai punya prospek karena grup Adaro sedang mengembangkan bisnis energi terbarukan lewat proyek Adaro Green.
Selain saham, IPOT juga menyarankan investasi di reksa dana Premier ETF MSCI Indonesia Large Cap (XIML). Produk tersebut disebut berisi kumpulan saham-saham besar dan cocok bagi investor yang ingin ikut dalam rotasi pasar ke saham-saham unggulan, terutama karena pasar mulai stabil dan ada peluang dana asing masuk kembali.
Rekomendasi saham dan reksa dana dalam artikel ini sepenuhnya berasal dari analisis IPOT dan bukan merupakan rekomendasi investasi dari IDN Times. Pembaca diimbau untuk melakukan riset sebelum mengambil keputusan investasi.