Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Pengunjung melintas didepan layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (8/4/2025). (ANTARA FOTO/Bayu Pratama S)
Pengunjung melintas didepan layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (8/4/2025). (ANTARA FOTO/Bayu Pratama S)

Jakarta, IDN Times - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) buka suara terkait tren pelemahan pada pasar saham Indonesia usaiLibur Idulfitri 1446 H/2025. Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu mengatakan pelemahan pada pasar keuangan RI masih lebih moderat bila dibandingkan dengan negara lain.

"Jadi dari 2-8 April, pelemahan pasar saham di bawah 8 persen, sekitar 7,9 persen. Kalau negara-negara lain, dalam periode yang sama, banyak yang turunnya jauh lebih tajam. Jadi kita tadi berada di tengah-tengah," kata Febrio dalam acara Sarasehan Ekonomi Nasional di Jakarta,  yang dikutip Rabu (9/4/2025).

1. Fundamental ekonomi RI tetap baik

ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Aditya Pratama)

Febrio menilai, penurunan moderat tersebut mengindikasikan kondisi perekonomian Indonesia secara fundamental masih cukup baik  dibandingkan dengan negara lain seperti laju pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bertahan di level 5 persen dalam beberapa tahun terakhir. 

"Apalagi sejak pandemi kan gak banyak negara yang ekonominya tumbuh solid seperti Indonesia," tegasnya. 

Selain itu, kondisi fiskal Indonesia juga masih on track untuk mencapai target APBN 2025. Dengan demikian, kredibilitas Indonesia dari sisi makro perlu terus dipertahankan ditengah ketidakpastian saat ini.

"Kita harus lebih vigilant dalam beberapa waktu ke depan," ujarnya.

2. Banyak negara bakal lakukan negosiasi ulang dengan Trump

Infografis 15 Daftar Ekspor RI yang Paling Terdampak Tarif Trump (IDN Times/Aditya Pratama)

Pengamat mata uang, Ibrahim Assuabi mengatakan saat ini, banyak negara tengah mempertimbangkan kembali keputusan tarif perdagangan yang ditetapkan oleh Trump, dengan melakukan negosiasi ulang atau bahkan melawan tarif yang diberlakukan olehnya.

Ketegangan ini menambah ketidakpastian global dan memicu kekhawatiran mengenai potensi terjadinya resesi global kedua.

Faktor lainnya, berkaitan dengan data tenaga kerja di Amerika Serikat yang menunjukkan hasil lebih baik dari ekspektasi, dengan tingkat pengangguran yang menurun tajam. Meski ini menunjukkan kondisi pasar tenaga kerja yang lebih baik dan memberikan dampak pada keputusan Bank Sentral AS.

"Selanjutnya, Bank Sentral AS juga membahas kemungkinan untuk mempertahankan suku bunga tinggi karena permasalahan perang dagang yang belum usai, serta inflasi yang masih tinggi," ujar Ibrahim.

3. Faktor eksternal memiliki andil pada penurunan saham global

ilustrasi pergerakan harga saham (IDN Times/Aditya Pratama)

Ibrahim menilai, semua faktor ini berkontribusi pada penurunan signifikan di pasar saham global, khususnya saham-saham berbasis teknologi yang mengalami kemerosotan tajam.

Kondisi pasar yang tidak menentu ini menyebabkan IHSG mengalami penurunan yang sangat besar, sesuai dengan prediksi para analis.

Berdasarkan ketentuan terbaru Bursa Efek Indonesia (BEI), jika IHSG mengalami penurunan lebih dari 8 persen, maka bursa dapat melakukan suspend atau penghentian sementara perdagangan saham untuk mencegah volatilitas lebih lanjut.

"Ini sesuai prediksi prediksinya memang kemungkinan besar dalam perdagangan hari ini Bursa Efek Indonesia akan melakukan suspend karena berdasarkan data terbaru bahwa untuk suspend itu lebih dari 8 persen kalau mengalami satu penurunan yang begitu tajam," ujarnya. 

"Di sisi lain kondisi Global yang tak menentu kemudian kondisi domestik juga dalam negeri sampai saat ini tidak baik-baik saja dengan tarif impor yang begitu tinggi," imbuh Ibrahim. 

Editorial Team