Jakarta, IDN Times - Sri Lanka kini masih mengalami krisis ekonomi akibat negara kekurangan cadangan valuta asing. Hal ini membuat Sri Lanka tidak mampu untuk mengimpor berbagai barang esensial seperti, bahan pangan, bahan bakar dan obat-obatan. Bahkan, Sri Lanka juga telah dinyatakan gagal membayar utang-utang luar negerinya yang jatuh tempo tahun ini.
Pemerintah telah melakukan berbagai cara untuk mengatasi krisis ini. Para pejabat ekonomi Sri Lanka telah mengajukan pinjaman ke IMF dan Bank Dunia.
Pada Selasa (25/4/2022), pemerintah juga menawarkan visa jangka panjang bagi para investor yang menanamkan modal di negara itu. Kebijakan ini diharapkan akan mampu untuk membantu pemerintah Sri Lanka menutupi kekurangan cadangan valuta asingnya.