Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pencari kerja (IDN Times/Aditya Pratama)
ilustrasi pencari kerja (IDN Times/Aditya Pratama)

Intinya sih...

  • Usulan anak muda untuk meningkatkan stabilitas finansial: menciptakan lebih banyak kesempatan kerja formal, akses pendidikan dan kesehatan terjangkau, peningkatan kesejahteraan karyawan.

  • Anak muda menyerukan reformasi nyata di dunia kerja: pekerjaan stabil, tunjangan adil, akses layanan dasar yang lebih baik, investasi dalam produktivitas tenaga kerja.

  • Konsekuensi sosial dari terkikisnya kelas menengah: kontrak kerja jangka pendek, kesulitan lulusan baru mendapatkan pekerjaan dengan gaji layak, serta meningkatnya biaya pendidikan dan kesehatan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Tantangan finansial yang dihadapi Milenial dan Gen Z di Indonesia bukan sekadar angka statistik, melainkan kenyataan sehari-hari. Membangun masa depan yang stabil kini dianggap sebagai perjuangan berat, bukan kepastian.

Meski begitu, anak muda tetap jernih melihat apa yang perlu diubah. Saat ditanya apa yang benar-benar dapat memperbaiki situasi finansial mereka, jawabannya lebih bersifat struktural daripada idealis. Apa saja?

1. Solusi utama yang diusulkan anak muda untuk meningkatkan stabilitas finansial

Ilustrasi pencari kerja (IDN Times/Arief Rahmat)

Survei terbaru Indonesia Millennial and Gen Z Report (IMGR) 2026 menunjukkan tiga usulan utama yang dianggap penting oleh anak muda. Pertama, menciptakan lebih banyak kesempatan kerja formal sekaligus mengurangi dominasi pekerjaan informal, yang dipilih oleh 57 persen responden.

Kedua, 53 persen anak muda menekankan perlunya akses yang lebih luas terhadap pendidikan dan layanan kesehatan dengan biaya terjangkau. Ketiga, 50 persen responden menilai peningkatan kesejahteraan karyawan, termasuk fasilitas serta tunjangan, menjadi hal yang mendesak.

2. Seruan untuk reformasi bukan sekadar inklusi

Ilustrasi Pencari Kerja, IDN Times/ istimewa

Generasi muda tidak hanya meminta inklusi, tetapi juga menuntut reformasi nyata. Mereka menyerukan adanya pekerjaan yang stabil, tunjangan adil, serta akses lebih baik ke layanan dasar.

Menurut peneliti ekonomi, Adinova Fauri, tanpa reformasi Indonesia berisiko mendorong generasi berikutnya terjebak dalam pekerjaan bernilai rendah, dengan ketidakamanan, setengah menganggur, dan mobilitas sosial yang terbatas sebagai konsekuensinya. Dia menambahkan, Indonesia perlu berinvestasi dalam produktivitas tenaga kerja dan memperkuat regulasi ketenagakerjaan.

"Sebaliknya, berfokus pada industri baru seperti teknologi dan inovasi dapat menawarkan pekerjaan yang stabil, bergaji lebih tinggi, serta membangun kembali kelas menengah," tuturnya.

3. Konsekuensi sosial dari terkikisnya kelas menengah

Indonesia Millennial and Gen Z Report (IMGR) 2026. (Dok. IMGR)

Situasi kelas menengah Indonesia juga memperlihatkan tekanan besar. Perilaku yang dahulu dianggap bijak, seperti menabung, berhemat, dan menunda pencapaian hidup, kini telah berubah menjadi strategi bertahan hidup.

Data terbaru mencatat tiga tekanan terbesar yang dihadapi kelas menengah, yakni kontrak kerja jangka pendek yang membuat pendapatan tidak stabil (56 persen), kesulitan lulusan baru mendapatkan pekerjaan dengan gaji layak (54 persen), serta meningkatnya biaya pendidikan dan kesehatan (53 persen).

Kondisi ini memperlihatkan bahwa kelas menengah Indonesia tidak hanya menyusut, tetapi juga semakin terhimpit dari berbagai sisi.

Editorial Team