Bambang Brodjo: New Normal, Teknologi Digital Bisa Optimalkan Ekonomi

Teknologi diperlukan untuk mengurangi pertemuan fisik

Jakarta, IDN Times - Teknologi digital dinilai dapat menyelamatkan perekonomian saat the new normal diterapkan. Kepala Badan Riset Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro mengatakan, kontribusi BRIN akan diarahkan pada optimalisasi teknologi digital.

"Kegiatan ekonomi akan less contact, otomatis teknologi digital diperlukan. Ini yang akan dioptimalisasi dan diprioritaskan dalam riset," ujar Bambang usai peluncuran virtual produk hasil riset untuk penanganan COVID-19, Rabu (20/5).

1. Protokol kesehatan tetap dilakukan guna mencegah COVID-19

Bambang Brodjo: New Normal, Teknologi Digital Bisa Optimalkan EkonomiIDN Times/Sukma Shakti

Bambang menambahkan, jalannya perekonomian akan mengadopsi protokol kesehatan guna mencegah COVID-19. Oleh sebab itu, proses screening dan diagnosis sangat penting. Uji coba alat rapid test diharapkan makin cepat dan akurat. Itu akan membantu pelaksanaan the new normal.

"Nanti akan dikembangkan bagaimana caranya barang-barang material bisa didisinfektan teratur, sehingga exposure terhadap virus bisa diminimalkan. Yang gak boleh dianggap enteng adalah penyebaran virus di kain, kayu, atau material lain. Oleh sebab itu, kemampuan teknologi akan menjadi agenda BRIN untuk menghadapi new normal," kata Bambang.

2. Alat tes COVID-19 produksi dalam negeri diklaim lebih murah dibanding impor

Bambang Brodjo: New Normal, Teknologi Digital Bisa Optimalkan EkonomiPT Paragon menyalurkan Rp40 Miliar untuk 40 rumah sakit di Indonesia. (Dok.Paragon)

Bambang menambahkan, alat tes COVID-19 yang diproduksi dalam negeri bisa menekan biaya produksi. Menurut Bambang, harga pengadaan alat tes COVID-19 jauh lebih murah dibanding produk impor.

"Ini menjadi satu daya tarik bukti kemampuan peneliti kita. Kami juga mengapresiasi mitra industri yang membantu produksi dengan pendekatan efisien. Mereka bukan pelaku industri alat kesehatan, tapi teknologi yang mereka punya bisa menghasilkan barang yang murah," kata Bambang.

3. Harga rapid test dalam negeri lebih murah dibanding impor

Bambang Brodjo: New Normal, Teknologi Digital Bisa Optimalkan EkonomiDrive Thru Rapid Test metode Vena oleh rumah sakit BIMC Siloam Nusa Dua (IDN Times/Ayu Afria)

Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19, Ali Ghufron Mukti mengatakan harga alat rapid test dalam negeri di bawah Rp100 ribu, lebih murah dibandingkan rapid test impor. Sementara, harga PCR test kit sedikit di atas Rp100 ribu.

"Kalau untuk reagen masih akan didapatkkan sampai bisa buat produksi asli Indonesia, kami yakin bisa," ujar Ghufron.

Baca Juga: Menristek Bambang Brodjonegoro: New Normal, Penelitian Jalan Terus

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya