Padi Hibrida Bisa Jadi Alternatif Peningkatan Produksi Beras 

Banyak petani yang kesulitan menemukan benih hibrida

Jakarta, IDN Times - Padi hibrida dapat menjadi alternatif peningkatan produktivitas beras nasional. Menurut Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Indra Krishnamurti, produktivitas padi hibrida memiliki potensi besar untuk ditingkatkan.

Padi hibrida memiliki produktivitas musiman rata-rata 7 ton/ha. Hal itu lebih tinggi kalau dibandingkan dengan produktivitas padi inbrida yang hanya mencapai 5,15 ton/ha.

"Namun, luas tanam padi hibrida hanya kurang dari satu persen dari total luas tanam padi di Indonesia dan telah mengalami stagnasi selama beberapa tahun," ungkap Indra di Jakarta, Selasa (6/8).

1. Pengembangan padi hibrida terkendala banyak hal

Padi Hibrida Bisa Jadi Alternatif Peningkatan Produksi Beras IDN Times/Prayugo Utomo

Walaupun memiliki potensi besar, kata Indra, pengembangan padi hibrida di Tanah Air masih menemui banyak permasalahan. Misalnya, sulitnya mengubah persepsi yang sudah terbangun di benak para petani.

"Mereka menilai padi inbrida lebih menguntungkan daripada padi hibrida," kata dia.

Selain itu, produksi dan ketersediaan indukan dan benih hibrida yang rendah, kerentanan terhadap penyakit, rasa/tekstur nasi, tingginya harga benih, dan kebiasaan petani menggunakan benih sendiri.

"Kurangnya keterampilan petani juga menjadi faktor yang menyebabkan sulitnya pengembangan padi hibrida," ujarnya.

Baca Juga: Lahan Pertanian Kian Sempit, Kementerian Bappenas Cari Solusi

2. Banyak petani yang kesulitan menemukan benih hibrida

Padi Hibrida Bisa Jadi Alternatif Peningkatan Produksi Beras IDN Times/Indiana Malia

Karena tidak tersedianya benih hibrida, lanjut Indra, banyak petani terpaksa kembali menanam benih inbrida. Sebab, mereka tidak dapat menemukan benih yang diinginkan di pasar setempat.

Kendati harga benih padi hibrida terbilang mahal--berkisar antara Rp 110 ribu-Rp135 ribu--para petani tidak lantas menganggap harga sebagai kendala. Petani biasanya membuat perhitungan cermat sebelum menanam.

“Ketika mereka percaya bahwa membelanjakan lebih banyak modal untuk saprotan akan memberikan pendapatan lebih tinggi, mereka bersedia melakukannya. Mereka bersedia membayar untuk benih padi hibrida premium jika mereka yakin akan memperoleh pendapatan lebih tinggi saat panen,” urainya.

3. Sektor swasta perlu bekerja sama dengan pemerintah

Padi Hibrida Bisa Jadi Alternatif Peningkatan Produksi Beras ANTARA FOTO/Jojon

Padi hibrida diharapkan untuk mencapai tingkat luasan seperti di Tiongkok dengan 51 persen dari total luas tanam padi dan Pakistan dengan 25-30 persen dari total luas tanam padi. Jika demikian, penting bagi sektor swasta untuk bekerja sama dengan pemerintah dalam mengembangkan dan mengkomersilkan varietas benih yang tepat.

"Untuk saat ini, impor masih tetap penting. Bukan hanya untuk menyediakan benih dalam jumlah cukup, tetapi juga untuk menguji apakah varietas padi hibrida tertentu sesuai dengan kondisi lokal di Indonesia," kata Indra.

4. Pengembangan padi hibrida terkendala rendahnya jumlah pakar

Padi Hibrida Bisa Jadi Alternatif Peningkatan Produksi Beras IDN Times/Indiana Malia

Begitu ada kapasitas yang cukup untuk mengembangkan varietas-varietas ini di Indonesia, ketergantungan pada impor akan berkurang secara alamiah. Hal itu sangat bergantung pada keahlian teknis yang tersedia di Indonesia. Menurut Indra, pengembangan padi hibrida di Indonesia saat ini juga terkendala oleh rendahnya jumlah pakar yang mampu mengembangkan varietas baru.

"Agar impor benih dapat digantikan secara berkelanjutan, program pembangunan manusia perlu dilakukan secara bekerjasama dengan berbagai universitas. Pendirian pusat penelitian di berbagai daerah di Indonesia akan memungkinkan pengembangan varietas yang sesuai dengan preferensi konsumen tertentu serta iklim dan kondisi tanah di daerah-daerah yang berbeda,” ungkap Indra.

Baca Juga: Petani Berisiko Gagal Panen, Bulog Diminta Maksimal Serap Beras

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya