Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
WhatsApp Image 2025-07-30 at 19.03.13.jpeg
Direktur Utama Indobursa Exchange, Agung Rihayanto (dok. Indobursa Exchange)

Intinya sih...

  • Kunci utama keberhasilan penjualan 10.725 ton CPO

  • Tantangan meyakinkan pelaku usaha CPO

  • Tantangan dalam meningkatkan partisipasi investor

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Indobursa Exchange (IX), bursa komoditi terbaru di Indonesia mengumumkan keberhasilan perdagangan minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) yang diluncurkan pertama kali pada 25 Juli 2025.

Selama sepekan operasionalnya, perdagangan CPO di IX mencatat volume transaksi sebanyak 10.725 ton. Capaian itu diklaim sebagai tonggak sejarah baru bagi upaya Indonesia menjadi pusat acuan harga komoditas global.

"Kehadiran Indobursa Exchange merupakan langkah strategis untuk mewujudkan cita-cita Indonesia sebagai penentu harga komoditas global. Kami optimis, bursa ini akan menjadi platform krusial yang meningkatkan transparansi dan daya saing perdagangan CPO nasional," tutur Direktur Utama Indobursa Exhange, Agung Rihayanto dalam pernyataan resminya, Jumat (1/8/2025).

1. Kunci utama keberhasilan penjualan 10.725 ton CPO

minyak kelapa sawit yang diambil dari daging buahnya dan inti dari kelapa sawit (commons.wikimedia.org/T.K. Naliaka)

Kunci utama keberhasilan IX bisa mencapai 10.725 Ton dalam pekan pertama adalah likuiditas perdagangan. Oleh karena itu, IX memastikan, mekanisme transaksi di bursa melibatkan market maker yang kredibel dan memiliki jaringan kuat.

"Para market maker ini tidak hanya berperan sebagai penyedia likuiditas, tetapi juga memiliki aliansi dengan pihak lain dan kapabilitas untuk melakukan lindung nilai di bursa global," ujar Agung.

Agung menambahkan, strategi itu dirancang untuk menjamin kedalaman pasar sejak awal dan memberikan keyakinan kepada para hedger bahwa transaksi mereka dapat dieksekusi secara efisien.

2. Tantangan meyakinkan pelaku usaha CPO

Sejumlah truk pengangkut Tanda Buah Segar (TBS) kelapa sawit mengantre untuk pembongkaran di salah satu pabrik minyak kelapa sawit milik PT.Karya Tanah Subur (KTS) Desa Padang Sikabu, Kaway XVI, Aceh Barat, Aceh, Selasa (17/5/2022). ANTARA FOTO/Syifa Yuli

Meski begitu, Agung mengakui pihaknya masih menghadapi tantangan meyakinkan para pelaku usaha CPO guna memperkuat pasar komoditi dalam negeri. Untuk mengatasi hal tersebut, Agung menyatakan pihaknya mengambil langkah proaktif dengan mengajak para pemilik dan pengguna CPO untuk bertransaksi di bursa domestik.

"Jaminan likuiditas menjadi kunci strateginya, yang diwujudkan dengan menghadirkan market maker profesional berjaringan internasional. Langkah ini memastikan bahwa semua partisipan dapat melakukan transaksi jual beli di pasar dengan mudah dan efisien," ujar dia.

3. Tantangan dalam meningkatkan partisipasi investor

FGD yang dilaksanakan Indobursa Exchange (dok. Indobursa Exchange)

Bukan hanya itu, tantangan lainnya adalah meningkatkan partisipasi dari kalangan investor. Untuk itu, IX menggelar program edukasi secara masif guna memperkenalkan instrumen investasi komoditi berjangka khususnya CPO kepada masyarakat Indonesia.

Agung meyakini bahwa peningkatan partisipasi publik akan berdampak langsung pada pendalaman likuiditas pasar, sebuah pola yang telah menjadi standar kesuksesan di bursa-bursa global terkemuka.

Oleh karena itu, IX menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) dengan tema "Perkembangan Bursa CPO di Indonesia Melalui Indobursa Exchange" pada 30 Juli 2025. Acara ini mengundang para pemangku kepentingan utama dan pelaku industri CPO di seluruh Indonesia.

"Indobursa Exchange didirikan dengan tujuan mulia agar Indonesia, sebagai produsen terbesar berbagai komoditas unggulan, termasuk CPO, dapat menjadi acuan harga global untuk produk-produk tersebut. Dengan infrastruktur yang solid, dukungan regulasi, serta komitmen terhadap inovasi dan transparansi, IX siap membangun pasar yang kredibel dan diakui secara internasional," tutur Agung.

Editorial Team