Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

RI Lanjutkan Negosiasi Dagang, Incar Bebas Tarif untuk CPO dan Kopi

Ilustrasi ekspor
Ilustrasi ekspor
Intinya sih...
  • Kesepakatan tarif 0 persen untuk komoditas RI diharapkan bisa tercapai
  • Pemerintah berharap daya saing ekspor Indonesia tetap terjaga. Dalam negosiasi tarif resiprokal hanya AS yang mendapat akses luas.
  • Tarif Trump untuk Indonesia sebesar 19 persen dianggap AS sudah sangat kompetitif

Jakarta, IDN Times - Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian memastikan pemerintah akan terus melakukan negosiasi dengan Amerika Serikat terkait tarif ekspor sejumlah komoditas unggulan. Saat ini, tarif resiprokal yang diberlakukan pemerintah AS telah diturunkan dari 32 persen menjadi 19 persen dan akan mulai berlaku pada 1 Agustus mendatang.

Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso, mengatakan ruang negosiasi masih terbuka. Karena itu, pemerintah akan mendorong agar beberapa komoditas asal Indonesia yang sangat dibutuhkan dan sulit diproduksi Amerika Serikat dapat memperoleh tarif sebesar 0 persen.

Berbagai komoditas di antaranya CPO dan kopi dinilai memiliki nilai strategis karena selama ini ekspornya dari Indonesia dianggap stabil dan dapat diandalkan pasar Amerika.

"Ada banyak produk Indonesia yang diekspor dan sangat dibutuhkan di Amerika Serikat. Saat ini, kami sedang menegosiasikan agar tarif produk-produk tersebut dapat ditetapkan sebesar 0 persen. Produk yang sedang dinegosiasikan meliputi CPO, kopi, kakao, hingga nikel," katanya saat ditemui di Kantor Kemenko Perekonomian, Jumat (18/7/2025).

1. Kesepakatan tarif 0 persen untuk beberapa komoditas RI diharapkan bisa tercapai

WhatsApp Image 2025-07-16 at 10.48.23.jpeg
Infografis Tarif Ekspor RI ke AS Salah Satu Terendah di ASEAN (IDN Times/Aditya Pratama)

Meskipun tarif sebesar 19 persen telah diumumkan, masih banyak hal yang bisa dinegosiasikan bersama Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat (USTR). Harapannya, kesepakatan baru dapat dicapai agar komoditas penting dari Indonesia bisa masuk ke pasar AS tanpa beban tarif.

Menurut Susiwijono, dari total 11.552 pos tarif Harmonized System (HS) yang masuk ke Indonesia dari Amerika, sekitar 11.474 pos tarif atau 99 persen sudah dikenakan tarif impor sebesar 0 persen. Hal ini sejalan dengan praktik dalam berbagai skema kerja sama perdagangan bebas (FTA) dan perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif (CEPA) yang dijalankan Indonesia.

Ia menjelaskan selama ini, Indonesia telah membuka akses impor dengan tarif yang sangat rendah, bahkan mendekati 0 persen untuk mayoritas produk.

Dalam kerangka ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA), lebih dari 99 persen perdagangan antarnegara ASEAN, termasuk Indonesia, telah bebas bea masuk. Tak hanya di kawasan ASEAN, kebijakan serupa juga diterapkan dalam kerja sama dengan negara-negara lain. Untuk perdagangan dengan Australia dan Selandia Baru, sekitar 94–95 persen produk juga telah dikenakan tarif 0 persen.

"Sementara itu, dalam kerja sama dengan Jepang melalui skema Indonesia–Japan Comprehensive Economic Partnership Agreement (IJ-CPA), sekitar 91 persen produk yang masuk ke Indonesia tidak dikenai bea masuk," ujarnya.

Menariknya, dibandingkan dengan negara-negara yang menjadi penyebab defisit perdagangan bagi Amerika Serikat, tarif impor Indonesia dinilai sebagai yang paling rendah. Bahkan jika dibandingkan dengan sesama negara ASEAN, Indonesia termasuk yang paling kompetitif, kecuali Singapura yang justru memberi surplus bagi Amerika.

"Ini bukan hanya berlaku dengan Amerika. Perdagangan antarnegara ASEAN juga sudah 99 persen bebas tarif. Dengan Australia dan Jepang pun, sebagian besar produk telah dikenakan tarif 0 persen," dia menambahkan.

2. Daya saing ekspor Indonesia dipastikan tetap terjaga

WhatsApp Image 2025-07-08 at 10.08.56.jpeg
Surat Donald Trump untuk Presiden Prabowo Subianto terkait penetapan tarif resiprokal (Truth Social/@realDonaldTrump)

Pemerintah optimistis negosiasi dengan Amerika Serikat akan menghasilkan kesepakatan yang saling menguntungkan, terutama dalam menjaga daya saing produk ekspor Indonesia di pasar global.

Apabila mengacu pada pengumuman Presiden Trump, tarif impor untuk produk dari Indonesia sebesar 19 persen tercatat lebih rendah dan kompetitif dibandingkan negara lain di kawasan ASEAN, maupun negara-negara yang turut memberikan kontribusi terhadap defisit perdagangan AS.

Ia mencontohkan Vietnam dan Filipina yang dikenakan 20 persen, Malaysia dan Brunei 25 persen, serta Thailand dan Kamboja yang mencapai 36 persen. Bahkan, Myanmar, dan Laos masih dikenakan tarif hingga 40 persen.

"Kecuali Singapura, karena Amerika justru mengalami surplus dalam perdagangan dengan negara tersebut. Namun bahkan Singapura pun masih dikenakan baseline tarif sebesar 10 persen,” tutur Susi.

3. Tarif trump untuk Indonesia sebesar 19 persen sudah sangat kompetitif

WhatsApp Image 2025-07-11 at 09.22.43.jpeg
Infografis proposal Kerja sama bentuk respons atas kebijakan tarif resiprokal dengan pembelian produk AS (IDN/Aditya Pratama)

Dengan demikian, posisi Indonesia dinilai cukup kuat dan kompetitif. Pemerintah juga mengingatkan dalam konteks perdagangan global, perbandingan tarif tidak bisa dilakukan secara sederhana.

“Jadi jangan dibandingkan, yang satu 19 persen lalu yang lain 0 persen. Ini bukan soal angka semata, tetapi bagian dari dinamika perdagangan internasional,” ucapnya.


Adapun ilustrasinya, jika AS menetapkan tarif impor 19 persen untuk suatu produk dari Indonesia (misalnya produk tekstil, ban, atau baja), artinya:

  • Jika sebuah produk asal Indonesia diekspor ke AS dengan harga 1.000 dolar AS, maka bea masuknya adalah 19 persen x 1.000 dolar AS, hasilnya 190 dolar AS.

  • Sehingga total biaya yang harus dibayar importir di AS adalah 1.190 dolar AS.

Share
Topics
Editorial Team
Umi Kalsum
EditorUmi Kalsum
Follow Us