Konferensi Pers Presiden Jokowi setelah melakukan peninjauan Posko Penanganan COVID-19 di Provinsi Jawa Barat pada Selasa (11/8/2020) (Youtube.com/Sekretariat Presiden)
Sebelumnya, dalam agenda World Economic Forum secara virtual pada 20 Januari 2022, Jokowi mengatakan bahwa presidensi Indonesia akan memperjuangkan penguatan arsitektur sistem ketahanan kesehatan dunia yang dijalankan oleh sebuah badan dunia, bentuknya seperti IMF jika di sektor keuangan.
Badan tersebut bertugas untuk menggalang sumber daya kesehatan dunia, antara lain untuk pembiayaan darurat kesehatan dunia, pembelian vaksin, pembelian obat-obatan, pembelian alat kesehatan.
Kemudian juga merumuskan standar protokol kesehatan global, yang antara lain mengatur perjalanan lintas batas negara agar standar protokol kesehatan di semua negara bisa sama. Memberdayakan negara berkembang dalam hal kapasitas manufaktur lokal, antara lain pengelolaan hak paten, akses terhadap teknologi, investasi produksi alat kesehatan dan obat-obatan, dan lain-lainnya.
"Dibutuhkan pembiayaan bersama untuk arsitektur baru sistem ketahanan kesehatan dunia tersebut. Biayanya jelas jauh lebih kecil dibandingkan dengan kerugian dunia akibat kerapuhan sistem kesehatan global, sebagaimana saat kita menghadapi pandemi COVID-19 ini," tutur Jokowi dikutip dari salinan pidato di situs web Sekretariat Presiden.
Seharusnya, lanjut Jokowi, negara-negara maju tidak berkeberatan untuk mendukung inisiatif bersama tersebut. Menurutnya, G20 akan sangat berperan dalam menggerakkan pembangunan arsitektur ketahanan kesehatan global saat ini. Jadi, dibutuhkan kesepakatan bersama di G20 terlebih dahulu.