Inflasi AS Turun ke 4 Persen, Terendah dalam 2 Tahun Terakhir

Jakarta, IDN Times - Inflasi Amerika Serikat (AS) mengalami penurunan ke level 4 persen secara tahunan atau year on year (yoy) pada Mei 2023. Angka tersebut lebih rendah dari inflasi AS pada April 2023 sebesar 4,9 persen yoy.
Dilansir CNN, Departemen Tenaga Kerja AS menyebutkan, inflasi tersebut adalah yang terendah sejak Maret 2021 atau dalam dua tahun terakhir.
Inflasi AS pada Mei juga lebih rendah dari ekspektasi pasar yang sebesar 4,1 persen. Selain itu, secara bulanan atau month to month (mtm), inflasi AS melemah 0,1 persen pada Mei dibandingkan 0,4 persen pada April.
Di sisi lain, inflasi inti di luar kelompok volatile ada pada level 5,3 persen yoy yang merupakan rekor terendah sejak November 2021.
1. Harga komoditas mulai turun
.jpg)
Penyebab rendahnya inflasi di AS pada Mei 2023 tidak terlepas dari turunnya harga-harga komoditas pangan dan energi.
BBC menyebutkan, harga telur di AS mengalami penurunan 13,8 persen sejak tahun lalu yang merupakan penurunan terbesar sejak 1951. Selain itu, harga bahan bakar minyak (BBM) juga turun hampir 20 persen.
2. Masih ada harga yang merangkak naik

Kendati begitu, masih ada harga-harga yang mengalami kenaikan secara bertahap. Harga rumah, baik sewa maupun beli terus meningkat tajam.
Kenaikan juga terjadi pada harga bir, pakaian perempuan, dan layanan seperti perawatan mobil hingga biaya sekolah.
"Jangan tertipu oleh penurunan tajam inflasi utama yang hampir semuanya dijelaskan oleh penurunan harga bensin. Angka-angka ini menunjukkan tekanan inflasi yang mendasarinya masih sangat tinggi," kata Kepala Ekonom di Fitch, Brian Coulton, dikutip dari BBC, Rabu (13/6/2023).
3. Peran The Fed diperlukan dalam mengendalikan inflasi

Inflasi di AS mencapai puncaknya, yakni 9,1 persen pada Juni 2022 imbas perang di Ukraina yang menyebabkan lonjakan harga energi dan pangan. Itu adalah tingkat tercepat sejak November 1981.
Meskipun masalahnya telah mereda, beberapa analis mengatakan Bank Sentral AS atau The Fed harus berbuat lebih banyak untuk mengendalikan inflasi. Kendati begitu, Alexandra Wilson-Elizondo dari Goldman Sachs Asset Management mengatakan, The Fed diperkirakan tidak akan menaikkan suku bunganya pekan ini.
"Angka pada hari ini melegakan pasar karena memenuhi ekspektasi dan mengonfirmasi tren dis-inflasi dan menegaskan kembali harga pasar saat ini dari jeda The Fed besok. Namun, tingkat dis-inflasi tetap tidak sesuai dengan target The Fed yang 2 persen," kata dia.