Jokowi Temui 3 Perusahaan Eropa yang Mau Investasi di RI

17 Apr 2023, 14:31 WIB

Bahas investasi Indonesia, Presiden Jokowi bertemu dengan 3 bos perusahaan Eropa di Jerman (dok. Sekretariat Presiden)

Jakarta, IDN Times - Presiden Joko "Jokowi" Widodo bertemu dengan tiga perusahaan Eropa di Jerman pada Minggu, 16 April 2023. Tiga perusahaan itu yakni BASF, Eramet, dan Volkswagen melalui PowerCo.

Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia yang turut hadir dalam pertemuan itu menyampaikan, pemimpin perusahaan BASF ingin berinvestasi dalam pembangunan ekosistem baterai mobil di Maluku Utara.

“BASF menyampaikan secara langsung minat investasinya kepada Bapak Presiden Jokowi untuk melakukan investasi di Maluku Utara dalam rangka pembangunan ekosistem baterai mobil yang kurang lebih investasinya sekitar 2,6 miliar dolar AS,” ujar Bahlil dalam keterangannya.

1. Proses pembangunan akan dimulai pada akhir 2023

Bahas investasi Indonesia, Presiden Jokowi bertemu dengan 3 bos perusahaan Eropa di Jerman (dok. Sekretariat Presiden)

Bahlil menerangkan, BASF akan bekerja sama dengan perusahaan Prancis, Eramet dalam mebangun industri baterai mobil berbasis ESG (Environment, Social and Government).

“Proses pembangunannya akan mulai dilakukan di akhir tahun 2023 ini,” ucap dia.

2. Volkswagen akan bangun ekosistem baterai mobil di Indonesia

Bahas investasi Indonesia, Presiden Jokowi bertemu dengan 3 bos perusahaan Eropa di Jerman (dok. Sekretariat Presiden)

Lebih lanjut, Bahlil mengatakan, Volkswagen melalui PowerCo juga berebcana membangun ekosistem baterai mobil di Indonesia.

PowerCo nantinya akan bekerja sama dengan perusahaan nasional. Oleh karena itu, kata Bahlil, hal tersebut merupakan peluang bagi Indonesia.

3. Indonesia buka peluang investasi untuk dunia

Bahas investasi Indonesia, Presiden Jokowi bertemu dengan 3 bos perusahaan Eropa di Jerman (dok. Sekretariat Presiden)

Bahlil mengatakan, Indonesia membuka peluang investasi kepada dunia. Oleh karena itu, dia mengajak perusahaan di dunia untuk tidak ragu berinvestasi di Indonesia.

“Ini sebagai bentuk investasi yang inklusif dan sekaligus untuk menganulir cara pikir orang bahwa seolah-olah pengelolaan tambang kita di Indonesia tidak memperhatikan kaidah-kaidah yang ada pada standar internasional,” imbuhnya.