Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
JPMorgan (unsplash.com/ IKECHUKWU JULIUS UGWU)
JPMorgan (unsplash.com/ IKECHUKWU JULIUS UGWU)

Intinya sih...

  • JP Morgan memprediksi harga emas mencapai rata-rata 5.055 dolar AS (Rp84 juta) per ons pada kuartal IV-2026.

  • Emas memiliki potensi kenaikan lebih tinggi selama dua tahun ke depan karena permintaan investor institusional dan lembaga keuangan global.

  • Kenaikan harga emas dipicu oleh meningkatnya ketegangan geopolitik, harapan penurunan suku bunga, dan pembelian besar-besaran oleh bank sentral.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Lembaga keuangan global, JP Morgan mengumumkan proyeksi terbarunya terhadap harga emas dunia. Menurut laporan resmi yang dirilis di New York, JP Morgan memperkirakan harga emas akan mencapai rata-rata 5.055 dolar AS (Rp84 juta) per ons pada kuartal IV-2026.

Lonjakan ini diprediksi terjadi karena meningkatnya minat investor global dan pembelian emas yang berkelanjutan oleh bank-bank sentral di berbagai negara. Fenomena ini mencerminkan meningkatnya kebutuhan investor terhadap aset perlindungan nilai di tengah ketidakpastian ekonomi global yang berkaitan dengan suku bunga dan stabilitas moneter.

1. Proyeksi jangka panjang JP Morgan terhadap emas

gambar emas logam mulia 100gr 3 keping

JP Morgan merilis catatan analisis yang menyebutkan bahwa logam mulia memiliki potensi kenaikan lebih tinggi selama dua tahun ke depan.

“Kami percaya emas masih memiliki ruang untuk naik lebih tinggi ketika memasuki siklus pemangkasan suku bunga The Fed, di tengah kekhawatiran stagflasi, kemandirian The Fed, dan upaya perlindungan nilai terhadap pelemahan nilai mata uang,” tulis JP Morgan, dilansir Yahoo Finance.

Laporan tersebut menjelaskan, faktor utama yang mendukung prospek kenaikan adalah permintaan berkelanjutan dari investor institusional dan lembaga keuangan global yang memindahkan sebagian aset dari dolar AS ke emas.

“Sementara aset-aset AS tetap menjadi bagian inti dari portofolio mereka, banyak perusahaan kini menemukan nilai dalam sedikit mengalihkan porsi ke emas,” kata Kepala Strategi Komoditas Global JP Morgan, Natasha Kaneva.

2. Alasan utama lonjakan permintaan emas global

ilustrasi emas batangan 100gram (pexels.com/Michael Steinberg)

Harga emas telah melonjak hampir 57 persen sepanjang tahun ini dan beberapa kali mencetak rekor tertinggi. Kenaikan ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik, harapan terhadap penurunan suku bunga, dan pembelian besar-besaran oleh bank sentral.

“Melihat dalam tiga tahun ke depan, kami yakin potensi harga emas masih bisa naik, bahkan bisa mencapai 5 ribu dolar AS (Rp83 juta) per ons pada 2028, karena perubahan mendasar dalam permintaan dari investor maupun bank sentral,” ujar seorang analis dari Amundi Investment Institute, Lorenzo Zelli, dilansir Investing.

Tren ini menunjukkan bahwa emas kembali menjadi instrumen utama bagi negara-negara berkembang yang ingin memperkuat cadangan devisanya di tengah ketidakpastian ekonomi global. Menurut catatan World Gold Council yang dirilis awal Oktober 2025, lebih dari 30 bank sentral tercatat meningkatkan kepemilikan logam mulia.

3. Pengaruh kebijakan suku bunga terhadap pasar emas

Gubernur Federal Reserve, Michelle Bowman menyatakan, bank sentral AS masih berencana melakukan dua kali penurunan suku bunga tambahan sebelum akhir tahun 2025.

“Selama indikator ekonomi berjalan sesuai harapan saya, kami tetap berada di jalur untuk menurunkan suku bunga dana federal,” kata Bowman dalam konferensi di Washington.

Langkah Fed yang menuju pelonggaran moneter dipandang JP Morgan sebagai pemicu utama kenaikan harga emas ke level tertinggi baru. Penurunan suku bunga membuat peluang keuntungan dari obligasi dan instrumen berbasis dolar menjadi lebih kecil, sehingga mendorong investor beralih ke aset tahan nilai seperti emas.

“Penurunan suku bunga mempersempit risiko inflasi dan meningkatkan daya tarik emas sebagai pelindung nilai jangka panjang,” tulis JP Morgan dalam laporan risetnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team