Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Jumlah ATM Terus Berkurang, Ini Data Terbaru dari OJK

ilustrasi transfer uang di ATM (unsplash.com/Giovanni Gagliardi)
ilustrasi transfer uang di ATM (unsplash.com/Giovanni Gagliardi)

Jakarta, IDN Times - Bank-bank di Indonesia tercatat mulai mengurangi jumlah mesin anjungan tunai mandiri (ATM). Hal itu tercantum dalam Laporan Surveillance Perbankan Indonesia Triwulan IV 2023 yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) baru-baru ini.

Dalam laporan tersebut yang dikutip Minggu (16/6/2024), sepanjang triwulan-IV 2023 ada 115.539 jaringan kantor Bank Umum Konvensional (BUK). Jumlah itu terdiri dari 115.473 jaringan kantor di dalam negeri dan 66 jaringan kantor di luar negeri.

Kendati demikian, jumlah jaringan kantor tersebut berkurang 4.676 unit dibandingkan triwulan sebelumnya, terutama pada layanan Unit Usaha Syariah (UUS) dan terminal perbankan elektronik (ATM/CDM/CRM).

1. Penurunan jumlah ATM BUK

ilustrasi cara transfer lewat ATM BCA (bca.co.id)
ilustrasi cara transfer lewat ATM BCA (bca.co.id)

Adapun jaringan kantor terbanyak BUK masih didominasi oleh terminal perbankan elektronik (ATM/CDM/CRM) sebanyak 91.412 unit.

Meski begitu, jumlah tersebut mengalami penurunan sebanyak 1.417 unit dibandingkan triwulan-III 2023 yang mencapai 92.829 unit.

2. Kenaikan jumlah ATM Bank Umum Syariah

Suasana Bank Syariah Indonesia (IDN Times/Umi Kalsum)
Suasana Bank Syariah Indonesia (IDN Times/Umi Kalsum)

Di sisi lain, jumlah terminal perbankan (ATM/CDM/CRM) pada Bank Umum Syariah (BUS) justru mengalami kenaikan tipis.

Pada triwulan-IV 2023, jumlah terminal perbankan (ATM/CDM/CRM) pada BUS tercatat sebanyak 4.450 unit atau bertambah 25 unit dibandingkan triwulan-III 2023 yang hanya 4.425 unit.

"Pada triwulan IV-2023, terdapat 6.782 jaringan kantor BUS, dengan tiga di
antaranya merupakan jaringan kantor luar negeri (dua KC dan satu terminal elektronik). Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, secara total terdapat peningkatan sebanyak 53 jaringan kantor BUS dengan peningkatan terbanyak pada terminal elektronik," tulis OJK.

3. ATM bisa punah seiring masifnya transaksi digital

ilustrasi pengguna memasukkan pin ATM (unsplash.com/Eduardo Soares)
ilustrasi pengguna memasukkan pin ATM (unsplash.com/Eduardo Soares)

Berkurangnya jumlah ATM tersebut pernah dikhawatirkan oleh Ketua Umum Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas), Kartika Wijoatmodjo. Pria yang karib disapa Tiko tersebut sangsi terhadap masa depan ATM dan Electronic Data Capture (EDC) di dunia perbankan.

Keraguan itu tak terlepas dari dampak dari digitalisasi yang begitu masif terjadi sejak pandemik COVID-19 menyerang dunia.

Perbankan, kata Tiko, mesti menyadari tantangan yang dihadapi mereka ke depannya terkait digitalisasi tersebut termasuk dengan mengevaluasi keberadaaan ATM dan EDC.

"Saya kira buat perbankan sekarang ada dua tantangan. Pertama adalah bagaimana caranya untuk mempensiunkan model-model lama, contohnya ATM. Bagaimana kita melihat ATM di masa depan, akankah masih relevan di masa depan?" ujar Tiko.

Tiko menambahkan, penggunaan ATM oleh masyarakat di masa depan bisa makin tergerus seiring dengan terus berkembangnya transaksi digital.

ATM sendiri muncul pertama kali sebagai mesin untuk tarik tunai yang kemudian uang tersebut digunakan untuk bertransaksi.

"Akankah justru kita tidak lagi membutuhkan ATM sehingga tidak ada lagi transaksi cash di area publik?" tanya Tiko.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ridwan Aji Pitoko
EditorRidwan Aji Pitoko
Follow Us