Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Bendera Jepang (unsplash.com/Alexander Grigoryev)
Bendera Jepang (unsplash.com/Alexander Grigoryev)

Intinya sih...

  • Takaichi akan mengusulkan pemotongan pajak pendapatan dan pembagian uang tunai kepada rumah tangga dalam kampanye pemilihan ketua partai berkuasa.

  • Strategi fiskal Takaichi juga mencakup penurunan rasio utang pemerintah terhadap PDB, yang mempengaruhi sentimen pasar keuangan Jepang.

  • Pasar keuangan merespons positif wacana kebijakan Takaichi, namun ada peringatan dampak stimulus fiskal terhadap pasar obligasi yang sedang tertekan akibat utang publik tinggi.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Sanae Takaichi, seorang politisi senior Jepang, akan mengajukan usulan pemotongan pajak pendapatan dan pembagian uang tunai kepada rumah tangga sebagai bagian dari janji kampanye untuk pemilihan ketua partai berkuasa. Laporan ini pertama kali disampaikan oleh surat kabar Nikkei pada Jum'at (19/9/2025), dan telah menarik perhatian publik di tengah ketidakpastian ekonomi nasional.

Takaichi, yang dikenal luas sebagai politisi moderat fiskal, juga akan memasukkan rencana penurunan rasio utang pemerintah terhadap produk domestik bruto (PDB) secara bertahap.

1. Takaichi umumkan usulan pajak dan bantuan tunai

Dilansir Nikkei, Sanae Takaichi akan mengedepankan proposal pengurangan pajak pendapatan dan transfer tunai kepada keluarga dalam kampanye pemilihan ketua Partai Demokrat Liberal (LDP). Kabar tersebut muncul sehari setelah Takaichi secara resmi mengumumkan pencalonan dirinya pada Kamis (18/9/2025), untuk bersaing menggantikan Perdana Menteri Shigeru Ishiba yang akan mundur.

Usulan ini langsung mendapat sorotan karena dinilai sebagai respons atas kondisi perekonomian Jepang yang masih lemah dan menghadapai tekanan inflasi.

2. Strategi fiskal dan dampaknya bagi pasar keuangan

Selain pemotongan pajak dan bantuan tunai, Takaichi juga akan mendorong penurunan rasio utang pemerintah terhadap PDB secara bertahap sebagai bagian dari janji politiknya. Di sisi lain, proposal kebijakan tersebut lahir di tengah sentimen pasar yang sensitif terhadap perubahan fiskal Jepang.

"Tampaknya Takaichi akan menganggukkan kepala terhadap kekhawatiran pasar mengenai memburuknya keuangan Jepang. Yang juga penting adalah apa yang tidak akan dia katakan," ujar analis Mizuho Securities, dilansir The Straits Times.

Harapan terhadap Takaichi dianggap akan mampu meredakan tekanan terhadap obligasi dan yen jika ia tidak menjadikan penghapusan pajak konsumsi pada makanan sebagai prioritas utama.

Langkah Takaichi itu juga dilatarbelakangi kondisi ekonomi Jepang yang mengalami pelambatan akibat kebijakan moneter ketat dan ancaman defisit fiskal yang makin membesar.

3. Reaksi pasar dan peluang politik Takaichi

Laporan media menyebut Takaichi sebagai salah satu kandidat terdepan, bersaing ketat dengan Menteri Pertanian Shinjiro Koizumi. Pasar keuangan merespons positif wacana kebijakan Takaichi, khususnya bagi saham-saham di bursa Jepang.

Namun, sejumlah ekonom memperingatkan dampak stimulus fiskal terhadap pasar obligasi yang sedang tertekan akibat utang publik tinggi. Selain itu, National Australia Bank menilai Takaichi lebih cenderung mendorong kebijakan stimulus pemerintah dan meminta Bank of Japan untuk tetap hati-hati menaikkan suku bunga.

Takaichi berambisi menjadi perdana menteri perempuan pertama Jepang, dan langkah berani dalam kebijakan fiskal diprediksi memperbesar peluangnya dalam pemilihan pada 4 Oktober 2025.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team