Profil Shigeru Ishiba, Perdana Menteri Jepang yang Mengundurkan Diri

- Shigeru Ishiba mengundurkan diri sebagai Perdana Menteri Jepang setelah LDP kehilangan mayoritas di parlemen.
- Ishiba lahir di Tokyo, lulus dari Keio University, dan memiliki karir politik panjang sebelum menjadi perdana menteri.
- Masa pemerintahan Ishiba penuh tantangan seperti penurunan populasi dan ketegangan geopolitik di Asia Timur.
Jakarta, IDN Times – Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba, resmi mengumumkan pengunduran dirinya pada 7 September 2025. Keputusan ini diambil setelah Partai Demokrat Liberal (LDP) kehilangan mayoritas di dua majelis parlemen Jepang dalam pemilu Oktober 2024 dan Juli 2025. Dilansir Britannica, Ishiba mundur baik dari jabatan perdana menteri maupun ketua partai, meski baru menjabat kurang dari setahun.
Ishiba yang dikenal sebagai politikus berhaluan konservatif namun progresif dalam isu sosial, sebelumnya kerap mengkritik kebijakan Shinzo Abe. Abe mendukung pemberdayaan perempuan dan pernikahan sesama jenis, serta fokus pada isu pertahanan, pertanian, dan revitalisasi pedesaan. Meski dianggap populis, langkahnya kerap dinilai sebagai upaya mendekatkan kebijakan pada kepentingan rakyat biasa.
Berikut adalah profil dan perjalanan karier Shigeru Ishiba.
1. Kehidupan awal dan pendidikan

Shigeru Ishiba lahir di Tokyo pada 4 Februari 1957 dan pindah ke Prefektur Tottori setahun kemudian ketika ayahnya menjabat sebagai gubernur. Ia menempuh pendidikan di Keio University jurusan hukum dan lulus pada 1979. Setelah sempat bekerja di Mitsui Bank, Ishiba menikah dengan Yoshiko Ishiba pada 1983 dan dikaruniai dua orang putri.
Selain latar belakang keluarga yang berpengaruh di politik, perjalanan pendidikannya membentuk pemahaman mendalam mengenai hukum dan pemerintahan, yang kemudian mendukung kiprahnya di dunia politik.
2. Perjalanan karier politik

Ishiba memulai karir politiknya pada 1986 setelah terpilih sebagai anggota majelis rendah Diet. Ia sempat keluar dari LDP pada 1993 namun kembali pada 1997. Dalam karir panjangnya, ia menduduki posisi penting, termasuk Menteri Pertahanan dan Menteri Pertanian.
Melansir Britannica, mantan perdana menteri Jepang, Tanaka Kakuei, menjadi mentor politik utamanya. “Tanaka-lah yang mendorong saya untuk melanjutkan warisan ayah saya,” ujar Ishiba dalam salah satu wawancara.
3. Menjadi perdana menteri dan tantangan yang dihadapi

Pada September 2024, Ishiba memenangkan kursi kepemimpinan LDP dengan mengalahkan Sanae Takaichi. Namun, masa pemerintahannya penuh tantangan seperti, penurunan populasi, ketidakpuasan publik, hingga ketegangan geopolitik di Asia Timur. Pemilu 2024 dan 2025 membuat LDP kehilangan mayoritas, yang akhirnya melemahkan posisinya.
Keputusan mundur Ishiba menandai berakhirnya kepemimpinannya yang singkat namun penuh gejolak. Kini, LDP bersiap memilih pemimpin baru untuk menghadapi tantangan domestik dan internasional yang semakin kompleks.