Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apa Rahasia Pencapaian Warga Jepang Bisa Hidup hingga 100 Tahun?

ilustrasi lansia Jepang (pexels.com/Evangelos Bountaniotis)
ilustrasi lansia Jepang (pexels.com/Evangelos Bountaniotis)
Intinya sih...
  • Pola makan seimbang kaya nutrisi, fokus pada ikan, sayuran, rumput laut, dan produk kedelai.
  • Aktivitas fisik terintegrasi dalam keseharian, seperti berjalan kaki dan senam sederhana.
  • Ikatan sosial yang kuat dan rasa tujuan hidup membantu menjaga kondisi mental tetap stabil.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bicara soal pencapaian luar biasa, Jepang selalu punya cerita menarik. Negara matahari terbit itu baru saja mencatat rekor baru per 1 September 2025 yaitu hampir 100 ribu warganya kini berusia 100 tahun atau lebih. Totalnya mencapai 99.763 orang, angka tertinggi sepanjang sejarah sekaligus tahun ke-55 berturut-turut jumlahnya meningkat.

Di antara mereka, ada Shigeko Kagawa, seorang pensiunan dokter berusia 114 tahun, yang menjadi perempuan tertua. Sementara itu, Kiyotaka Mizuno yang kini berumur 111 tahun tercatat sebagai pria tertua. Fenomena ini pun memunculkan pertanyaan besar, apa rahasia di balik umur panjang warga Jepang? Mari simak 5 fakta berikut ini.

1. Pola makan seimbang kaya nutrisi

ilustrasi memasak makanan sehat (pexels.com/Yaroslav Shuraev)
ilustrasi memasak makanan sehat (pexels.com/Yaroslav Shuraev)

Makanan sehari-hari warga Jepang dikenal sederhana tetapi penuh gizi. Di Okinawa, misalnya, pola makan mereka berfokus pada ikan, sayuran, rumput laut, serta produk kedelai seperti tofu dan miso. Daging merah dan makanan olahan jarang muncul dalam piring mereka, ditambah kebiasaan makan dengan porsi kecil agar tidak berlebihan.

Dilansir dari RBC Ukraine, ada satu filosofi yang sangat berpengaruh, yaitu hara hachi bu, tradisi berhenti makan ketika perut sudah 80 persen kenyang. Cara ini membantu menjaga berat badan stabil sekaligus menyehatkan sistem pencernaan. Tak heran, tubuh mereka jarang terbebani oleh masalah obesitas atau penyakit kronis yang sering muncul akibat makan berlebihan.

Selain itu, bahan makanan yang selalu segar membuat tubuh mendapat asupan nutrisi lengkap. Kandungan omega-3 dari ikan dan antioksidan dari rumput laut terbukti melawan penuaan sel. Tidak heran kalau Okinawa sering dijuluki sebagai rumah bagi para centenarian alias penduduk berusia 100 tahun ke atas.

2. Aktivitas fisik terintegrasi dalam keseharian

ilustrasi pasar di Jepang (pexels.com/Christiano Sinisterra)
ilustrasi pasar di Jepang (pexels.com/Christiano Sinisterra)

Di Jepang, olahraga bukan hal yang dipaksakan, melainkan bagian alami dari rutinitas harian. Warga terbiasa berjalan kaki, bersepeda, hingga berkebun sebagai bentuk aktivitas ringan yang menjaga tubuh tetap bugar. Lansia pun banyak yang mengikuti Radio Taiso, senam sederhana yang dipandu melalui siaran radio dan sudah populer selama puluhan tahun.

Pendekatan ini berbeda dengan olahraga berat yang kadang membuat tubuh kelelahan. Mereka lebih menekankan gerakan ringan namun konsisten setiap hari. Bayangkan, hanya dengan naik-turun tangga atau berjalan menuju stasiun, mereka sudah berolahraga tanpa terasa.

Tidak hanya menyehatkan fisik, aktivitas ini juga berdampak positif pada suasana hati. Gerakan sederhana mampu melancarkan peredaran darah, menjaga kelenturan otot, sekaligus menekan risiko penyakit degeneratif. Jadi, siapa bilang umur panjang hanya bisa diraih lewat olahraga ekstrem?

3. Ikatan sosial yang kuat dan rasa tujuan hidup

ilustrasi berkebun (pexels.com/Eraisy Noise)
ilustrasi berkebun (pexels.com/Eraisy Noise)

Rahasia lain umur panjang warga Jepang adalah ikatan sosial yang erat. Di Okinawa, ada tradisi moai, kelompok kecil yang saling mendukung secara emosional maupun finansial. Kehadiran komunitas ini membantu mengurangi stres dan membuat lansia merasa selalu terhubung dengan orang lain.

Selain itu, konsep ikigai, alasan atau tujuan hidup, mendorong mereka tetap aktif menjalani hari. Ada yang memilih mengurus kebun, ada pula yang terus terlibat dalam kegiatan komunitas. Dengan begitu, mereka merasa hidupnya tetap bermakna meski sudah berusia lanjut.

Kehangatan keluarga dan komunitas juga menjaga kondisi mental tetap stabil. Isolasi sosial yang sering jadi masalah di negara lain jarang ditemukan di Jepang. Dukungan emosional inilah yang membantu mereka bertahan sehat, bahagia, dan panjang umur.

4. Sistem kesehatan dan lingkungan yang mendukung

ilustrasi pemandian air panas di Jepang (pexels.com/Samual Lim)
ilustrasi pemandian air panas di Jepang (pexels.com/Samual Lim)

Dilansir dari Times of India, Jepang memiliki sistem kesehatan modern yang menekankan pencegahan sejak dini. Pemeriksaan rutin dan akses layanan medis yang mudah membuat masalah kesehatan cepat terdeteksi. Ditambah lagi, infrastruktur publik yang bersih dan terorganisasi ikut menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan jangka panjang.

Di Okinawa, banyak lansia yang tetap terhindar dari penyakit kronis berkat gaya hidup sehat dan lingkungan bersih. Sanitasi publik yang baik, air minum yang aman, dan pengelolaan limbah yang efektif membantu menjaga kualitas hidup hingga usia tua.

Selain itu, polusi udara yang relatif rendah di banyak wilayah Jepang juga berperan penting. Risiko penyakit pernapasan atau kardiovaskular pun berkurang drastis. Dengan kombinasi ini, bukan mustahil jika banyak warga Jepang bisa menikmati masa tua dengan kondisi tubuh tetap prima.

5. Pendekatan budaya terhadap stres dan keseimbangan mental

ilustrasi warga Jepang (pexels.com/Ashar Mirza)
ilustrasi warga Jepang (pexels.com/Ashar Mirza)

Bagi orang Jepang, kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Budaya mereka menekankan harmoni dan ketenangan batin untuk menghadapi tekanan hidup. Praktik seperti meditasi, upacara teh, hingga shinrin-yoku alias berjalan di hutan membantu menenangkan pikiran sekaligus menyegarkan tubuh.

Menariknya, lansia di Jepang biasanya punya pandangan positif terhadap proses menua. Alih-alih takut tua, mereka justru melihatnya sebagai fase alami yang layak dijalani dengan tenang. Pandangan ini membuat kesehatan psikologis tetap terjaga hingga usia sangat lanjut.

Tak kalah penting, budaya menghormati orang tua memberi mereka posisi yang dihargai di masyarakat. Lansia merasa tetap dibutuhkan dan tidak sendirian, sebuah hal yang sering luput di banyak negara. Nah, bukankah menyenangkan jika hari tua bisa dijalani dengan perasaan damai seperti ini?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us

Latest in News

See More

Pembangunan LRT Jakarta Fase 1B Velodrome–Manggarai Capai 69,88 Persen

17 Sep 2025, 17:48 WIBNews