Kemenkeu: Kesepakatan AS-China Berikan Dampak Positif bagi RI

Intinya sih...
- Kesepakatan AS-China menurunkan tarif resiprokal selama 90 hari
- Memperkuat diplomasi dan negosiasi perdagangan global
- Mendorong sistem rantai pasok global yang lebih terdiversifikasi namun tetap terkoneksi
- Indonesia dapat memanfaatkan momentum untuk memperkuat posisi tawar dalam forum multilateral maupun bilateral
- Menjaga kepentingan nasional di tengah dinamika global yang berkembang
- Peningkatan arus ekspor dan membaiknya sentimen pasar keuangan Indonesia
Jakarta, IDN Times- Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menilai kesepakatan antara Amerika Serikat (AS) dan China untuk menurunkan tarif resiprokal selama 90 hari turut mempertegas efektivitas diplomasi dan negosiasi sebagai instrumen untuk mengurangi berbagai bentuk restriksi perdagangan.
Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kemenkeu, Deni Surjantoro, mengatakan langkah ini menunjukkan bahwa pendekatan dialog dan kerja sama tetap relevan dan mampu menghasilkan solusi konkret di tengah dinamika geopolitik global yang semakin kompleks.
Kesepakatan AS-China juga membuka peluang untuk terbentuknya sistem rantai pasok global yang lebih terdiversifikasi namun tetap saling terkoneksi. Artinya, dunia tidak lagi terlalu bergantung pada satu atau dua pusat produksi, melainkan membagi risiko dan manfaat ke lebih banyak negara.
"Selain itu, meredanya ketegangan ini berpotensi mendorong pergeseran rantai pasok global ke arah yang lebih terdiversifikasi namun tetap saling terkoneksi” ujar Deni kepada IDN Times, Jumat (16/5/2025).
1. Perkuat kerja sama bilateral dengan negara lain
Menurut Deni, Indonesia dapat memanfaatkan momentum ini untuk memperkuat posisi tawar dalam forum multilateral maupun bilateral. Dengan keterlibatan aktif dalam berbagai perundingan internasional, Indonesia berpeluang mendorong sistem perdagangan global yang lebih terbuka dan adil.
“Kita juga memastikan kepentingan nasional tetap terjaga di tengah dinamika global yang terus berkembang,” tambahnya.
2. Aliran modal asing berpotensi masuk ke Indonesia
Meredanya ketegangan dagang antara dua raksasa ekonomi dunia ini berpotensi memberikan dampak langsung terhadap kinerja ekonomi Indonesia, mulai dari peningkatan arus ekspor hingga membaiknya sentimen pasar keuangan.
"Ini boleh dikatakan sebagai de-eskalasi perang dagang AS–China. Bagi Indonesia, dampaknya bisa sangat positif," ujarnya.
Dampak positif lainnya antara lain terbukanya peluang peningkatan ekspor seiring membaiknya iklim perdagangan global. Selain itu, terdapat potensi pemulihan dan diversifikasi rantai pasok global yang sebelumnya terganggu akibat ketegangan dagang.
"Peluang terjadinya peningkatan foreig firect investment, serta perbaikan sentimen investor yang berdampak positif pada sektor keuangan," ungkapnya.
3. Sektor manufaktur paling diuntungkan dari meredanya ketegangan AS-China
Sebelumnya, Ekonom Universitas Andalas Syafruddin Karim mengatakan Indonesia perlu memanfaatkan peluang dari penurunan ketegangan dagang ini untuk memperluas pasar ekspor, dan memperkuat posisi tawar dalam rantai pasok global.
Meredanya tekanan harga akibat gangguan pasokan dan tarif perdagangan membuka peluang baru bagi dunia usaha Indonesia, untuk menembus pasar internasional dengan lebih kompetitif, terutama bagi pelaku industri.
"Sektor manufaktur menjadi salah satu yang paling diuntungkan. Dengan pelonggaran hambatan dagang antara negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan China, peluang ekspor produk Indonesia ke kedua negara semakin terbuka," tegasnya.
Terlebih lagi, baik AS maupun China saat ini diperkirakan tengah mencari mitra dagang baru untuk menggantikan produk yang sebelumnya terdampak tarif tinggi selama masa ketegangan dagang.