Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ekonom Sebut Tarif Impor AS Jadi Momentum Perbaikan Kebijakan Dagang RI

ilustrasi ekspor-impor (IDN Times/Aditya Pratama)
ilustrasi ekspor-impor (IDN Times/Aditya Pratama)

Jakarta, IDN Times - Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Fithra Faisal Hastiadi, menyarankan agar Indonesia memanfaatkan momentum dinamika tarif impor Trump untuk mengevaluasi kembali beberapa kebijakan perdagangan. Ia menjelaskan kebijakan kuota impor di dalam negeri tidak berorientasi pada surplus konsumen.

“Dari sisi kuota impor, kalau kita pernah belajar dari perdagangan internasional, kita pasti tahu bahwa kuota impor adalah salah satu kebijakan perdagangan yang paling buruk. Karena tidak hanya mengurangi consumer surplus, tetapi juga menimbulkan biaya yang tidak diambil oleh pemerintah, melainkan oleh pemegang lisensi impor,” jelas Fithra dalam diskusi bersama Center for Indonesian Policy Studies, Rabu malam (14/5/2025).

1. Standar TKDN terlalu berat bagi industri

Ilustrasi Ekspor. (IDN Times/Aditya Pratama)
Ilustrasi Ekspor. (IDN Times/Aditya Pratama)

Fithra meminta pemerintah melakukan evaluasi terhadap kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Menurutnya, standar TKDN yang terlalu tinggi dapat menjadi hambatan bagi sejumlah industri.

“Keberadaan TKDN yang terlalu tinggi justru menghambat kita untuk berpartisipasi dalam regional production network. Jadi mungkin jalan tengahnya bisa bersifat sektoral, agar TKDN dapat dibuat lebih liberal. Namun, untuk sektor-sektor tertentu, tetap perlu menyerap aspirasi dari pelaku industri,” tambahnya.

2. Perluas jaringan rantai pasok di sektor critical minerals

ilustrasi hilirisasi area pertambangan (Unsplash.com/Dominik Vanyi)
ilustrasi hilirisasi area pertambangan (Unsplash.com/Dominik Vanyi)

Di tengah negosiasi tarif antara Amerika Serikat dan Indonesia, muncul pula peluang untuk memperluas jaringan rantai pasok di sektor critical minerals, yang dinilai memiliki potensi besar untuk dikembangkan lebih lanjut.

Salah satu critical mineral yang disebut sebagai peluang paling menjanjikan saat ini adalah nikel, disusul oleh bauksit.

"Kemarin, kami juga berdiskusi dengan tim geologi dari BRIN yang mempresentasikan sejumlah potensi critical minerals di wilayah yang selama ini belum tereksplorasi. Tapi tentu, eksplorasi ini harus mempertimbangkan dampak lingkungan secara serius,” ujarnya.

Peluang ini memberikan ruang strategis bagi Indonesia untuk memperkuat posisinya dalam rantai pasok global, khususnya pada komoditas bernilai tambah tinggi.

Dengan mempertimbangkan seluruh potensi dan tantangannya, pengembangan critical minerals dinilai sebagai langkah strategis yang perlu dijalankan secara cermat dan berkelanjutan.

3. Negosiasi Indonesia-AS masih terus berlangsung

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. (Dok. IDN Times)
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. (Dok. IDN Times)

Sebelumnya, Menko Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa Indonesia telah mengajukan sejumlah tawaran kepada Amerika Serikat. Tawaran tersebut antara lain mencakup peningkatan pembelian energi, produk pertanian, serta jasa Engineering, Procurement, and Construction (EPC).

Selain itu, Indonesia juga menawarkan insentif dan fasilitas bagi perusahaan Amerika Serikat dan Indonesia, membuka serta mengoptimalkan kerja sama di bidang critical minerals, memperlancar prosedur impor untuk produk Amerika Serikat, dan mendorong investasi strategis melalui skema business to business.

“Target negosiasi yang sedang berjalan ini yang penting Indonesia mendapatkan tarif yang lebih rendah dan tarif yang diberlakukan untuk Indonesia ini seimbang dengan negara-negara lain. Untuk target lainnya tentu kita lihat sesuai dengan pembahasan daripada tim negosiasi yang mungkin akan berlangsung satu, dua, atau tiga putaran,” ujar Menko Airlangga.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Agustiar
EditorDwi Agustiar
Follow Us