Produksi nikel PT Aneka Tambang Tbk (Antam). (dok. Antam)
Kemenperin menghitung nilai tambah yang dihasilkan dari nikel ore hingga produk hilir meningkat berkali-kali lipat apabila diproses di dalam negeri.
Dia menjelaskan, nilai nikel ore mentah dihargai 30 dolar AS per ton. Tapi, begitu menjadi Nikel Pig Iron (NPI), harganya naik 3,3 kali lipat ke 90 dolar AS per ton. Begitupun ketika menjadi Ferronikel, harganya naik 6,76 kali atau setara 203 dolar AS per ton.
Ketika hilirisasi berlanjut menjadi Nikel Matte, nilai tambahnya naik 43,9 kali atau menjadi 3.117 dolar AS per ton. Apalagi saat ini Indonesia sudah punya smelter yang menjadikan MHP sebagai bahan baku baterai dengan nilai tambah sekitar 120,94 kali atau sebesar 3.628 dolar AS per ton.
“Apalagi, jika ada ada pabrik baterai yang mengubah ore menjadi LiNiMnCo, maka nilai tambahnya bisa mencapai 642 kali lipat,” ujar Febri.
Peningkatan nilai tambah pada akhirnya meningkatkan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan pajak-pajak lain. Perolehan PNBP sektor logam nikel, dikatakan Febri mengalami kenaikan, terutama dari daerah-daerah penghasil nikel.
Pada 2022, PNBP dari daerah penghasil nikel mencapai Rp10,8 triliun, naik dibandingkan 2021 yang sebesar Rp3,42 triliun. Total PNBP dari lima provinsi penghasil nikel mencapai Rp20,46 triliun sepanjang 2021 hingga triwulan II-2023. Sulawesi Tenggara penyumbang terbesar PNBP (Rp8,73 triliun), disusul Maluku Utara (Rp6,23 triliun).