Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Screenshot_20251009_141952_YouTube.jpg
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia. (Investor Daily Summit)

Intinya sih...

  • Bahlil menekankan pentingnya berani menghadapi pemain-pemain besar di sektor energi yang sulit dihadapi.

  • Kasus Blok Masela menjadi contoh ketegasan Bahlil dalam menangani proyek gas raksasa yang tak kunjung maju selama 26 tahun.

  • Penurunan lifting migas menjadi perhatian pemerintah karena Indonesia masih harus impor minyak untuk memenuhi kebutuhan energi nasional.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyadari kerap menjadi sorotan publik. Di era digital saat ini, hampir setiap gerak-gerik pejabat bisa dengan mudah viral di media sosial.

"Nanti viral lagi nanti saya kalau ngomong di sini. Soalnya, bahaya sekali. Jangankan mulut, tangan pun bisa viral soalnya," katanya dalam Investor Daily Summit yang tayang secara daring, Kamis (9/10/2025).

Bahlil menegaskan, menjadi Menteri ESDM bukan hanya soal memahami teori atau buku. Menurutnya, posisi tersebut juga menuntut kemampuan memahami kondisi lapangan secara langsung.

1. Harus berani hadapi pemain-pemain di lapangan

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia. (Investor Daily Summit)

Sektor energi berisi banyak pemain besar yang tidak mudah dihadapi. Dia menilai, hanya orang yang terbiasa berhadapan dengan para pelaku industri, atau yang memiliki pengalaman langsung di lapangan, yang mampu menghadapinya.

"Mungkin selama ini, ya slowly, ikuti maumu terus, maumu terus. Datang dari orang Papua agak susah kalau tidak sesuai dengan aturan, dan pola-pola main yang terbaik untuk rakyat, bangsa, dan negara," tegasnya.

2. Kasus Blok Masela jadi contoh ketegasan

Ilustrasi hulu migas (Dok. SKK Migas)

Bahlil mencontohkan langkah tegasnya terhadap proyek gas raksasa Blok Masela yang dikelola perusahaan asal Jepang, INPEX. Proyek tersebut sudah lebih dari dua dekade belum menunjukkan kemajuan berarti.

"Sudah 26 tahun tidak jalan-jalan. Kita butuh gas. Begitu saya masuk, sekalipun bekingannya kuat, saya izin Bapak Presiden, saya membuat surat peringatan," tuturnya.

Surat itu dikirim meski proyek tersebut didukung oleh pihak-pihak kuat. Nilai investasi di blok tersebut disebut mencapai 17 hingga 20 miliar dolar AS. Usai peringatan dikirim, proses Final Investment Decision (FID) akhirnya mulai berjalan.

"Artinya memang, mengelola energi kita, tidak bisa dengan hanya wajah yang disukai semua orang. Harus ada gaya-gaya, ya gitu deh," jelasnya.

3. Penurunan lifting migas jadi perhatian pemerintah

Ilustrasi hulu migas (Dok. SKK Migas)

Bahlil juga menyoroti tren penurunan produksi minyak nasional atau lifting. Pada 2024, lifting minyak Indonesia hanya mencapai sekitar 580 ribu barel per hari, di bawah target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar 600 ribu barel per hari.

Penurunan tersebut membuat kebutuhan energi dalam negeri masih harus dipenuhi lewat impor. Bahlil menyampaikan, saat ini Indonesia mengimpor sekitar 1 juta barel minyak per hari untuk memenuhi konsumsi nasional.

"Jadi dari 2008 sampai dengan 2024 target APBN itu tidak pernah kita capai di dalam lifting. Tidak pernah capai. Turun terus. Makanya kita impor 1 juta barrel per day," tambahnya.

Editorial Team