Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
88fc3c1c-19f3-45f3-aa81-f8da79e30717.jpeg
Keripik sawi putih Kraukk produksi petani Desa Sumberejo, Magelang, Jawa Tengah. (dok. Gapoktan Sumberejo)

Intinya sih...

  • Program pembinaan IFG untuk petani sawi di Sumberejo menghasilkan bisnis pembuatan keripik sawi Kraukk.

  • Produksi Kraukk berjalan sejak 2022, di mana ada 3 kelompok tani yang memasok hasil panennya untuk menjadi bahan baku Kraukk.

  • Penjualan rata-rata 400-500 bungkus per bulan.

  • Kraukk meningkatkan pendapatan petani hingga 2-3 kali lipat dan mengurangi kerugian dari panen sawi terbuang.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Hasil panen sawi putih Desa Sumberejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah kerap kali terbuang karena tak laku terjual. Sawi yang ditanam dengan harapan menjadi nafkah untuk keluarga, terpaksa dibiarkan di kebun karena pertimbangan biaya. Jika tak terjual, para petani memilih untuk tak memanen karena membutuhkan biaya lagi.

Siyono, Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Sumberejo mengatakan, kondisi itu tak bisa dibiarkan terjadi terus menerus. Dia dengan para petani setempat pun memutar otak agar sawi tak terbuang meski tak berhasil dijual ke pasar tradisional.

Melalui program pembinaan yang diperoleh, akhirnya muncullah ide pembuatan keripik sawi, yang kini produknya dinamakan Kraukk. Produksi Kraukk sudah berjalan sejak 2022. Bisnis itu terbukti meningkatkan pendapatan para petani hingga 2-3 kali lipat, dan juga mengurangi kerugian dari sawi yang biasanya terbuang.

“Biasanya petani itu menjual dengan harga Rp1.000 per kilogram (kg). Itu kita menyerap dari mereka petani-petani, ya walaupun baru sebagian petani itu, bisa 2-3 kali lipat untuk bahan digoreng itu,” kata Siyono, Rabu (31/12/2025).

Kepada IDN Times, Siyono menceritakan bagaimana awal mula dan proses berdirinya usaha keripik sawi Kraukk. Simak wawancara berikut ini.

Bagaimana awal mulanya memulai usaha keripik sawi putih?

Proses produksi keripik sawi putih Kraukk oleh petani Desa Sumberejo, Magelang, Jawa Tengah. (dok. Gapoktan Sumberejo)

Memang perintis keripik sawi itu berawal dari karena overproduksi di daerah kami, dari hasil pertanian. sehingga kami berupaya inisiasi bagaimana cara memanfaatkan barang yang terbuang itu, karena kalau overproduksi itu biasanya terbuang begitu saja yang panenan itu.

Akhirnya dengan mencoba-mencoba kita mendapatkan inovasi, yaitu pembuatan Kraukk itu, keripik sawi kriuk. Dan kebetulan itu kami mendapatkan support penuh dari IFG (Indonesia Financial Grouo). Kita kenal dengan IFG itu karena IFG selama 2 tahun, 2 periode, itu Life In di Sumberejo. Itu seperti apa ya, ingin tahu apa sih kegiatan petani-petani di Sumberejo itu, IFG itu.

Kebetulan kami di Sumberejo itu memang dari kelompok-kelompok taninya, kelembagaan tani itu memang paling eksis, paling aktif. Sehingga dipantau dari mereka BUMN itu kami pantas untuk dimasuki kegiatannya IFG gitu.

Tahun ini, kami setelah, itu kan di tahun pertama itu tahun 2022 itu IFG selama 4 hari, 4 malam itu menggodok tentang bagaimana sistemnya, mekanismenya tentang penggorengan, ataupun pemanfaatan limbah.

Sehingga kami berusaha terus dalam proses itu. Karena apa? Karena kami support pendanaan, baik itu peralatan itu memang IFG sangat mendukung sekali kepada kami.

Dari mana ide membuat sawi menjadi keripik?

Siyono, Ketua Gapoktan Desa Sumberejo, Magelang yang menginisiasi produk keripik sawi Kraukk. (dokumentasi pribadi Siyono untuk IDN TImes)

Munculnya sih dari kita petani. Karena kita dikoordinasikan dengan IFG. IFG itu kan dalam kurun waktu sebelum Life In di Sumberejo itu kan sekitar dua bulan sebelumnya itu kan, potensi apa yang digali di Sumberejo itu kan wawancara dengan saya.

Kami mengajukan itu, tentang potensi di kami adalah keripik sawi yang mau diolah itu. Karena apa? Karena keluarnya tadi sampah yang terbuang terlalu banyak ketika overproduksi di pertanian kami. Mereka oke itu. Terus beliau-beliau itu datang ke Sumberejo, kalau enggak salah itu sekitar 80 atau 90 peserta Life In itu. Fokus mereka ada yang di keripik sawi, ada yang di pengolahan sampah, ada yang di keolahragaan atau pemuda itu.

Alhamdulillah kegiatan yang ada di Sumberejo itu yang berjalan itu cuma di segi Kraukk-nya tadi, pengolahan keripik sawi, dan satu lagi bidang pertanian yaitu karena support alat-alat pertanian, seperti alat cangkul itu dari IFG memang hebat. Memang itu pendanaan yang sangat luar biasa bagi kami petani.

Sebelum dijadikan keripik, bagaimana nasib sawi yang tak terjual ke pasar karena overproduksi?

Tantangan terberat bagi petani sawi di kami, khususnya di Ngablak umumnya, itu memang kalau sawi itu pas overproduksi, itu mau dijual itu biaya untuk panen enggak sampai, jadi enggak cukup. Akhirnya para petani di Sumberejo, di Ngablak itu dibiarkan di lahan saja. Jadi pupuk kompos di lahan mereka masing-masing.

Ada berapa petaninya yang terlibat? Dan apakah sejak awal memang sudah menanam sawi?

Proses produksi keripik sawi putih Kraukk oleh petani Desa Sumberejo, Magelang, Jawa Tengah. (dok. Gapoktan Sumberejo)

Kalau petani yang terlibat itu sekitar 215 petani itu, dalam satu desa. Memang karena kendala di kami, khususnya di masyarakat petani Ngablak, nah itu sawi itu memang dominan bagi petani. Jadi tanaman yang terbanyak itu memang di sawi putih itu.

Di Sumberejo itu hampir mayoritas petani dari 2.600 jiwa, itu petani sawi juga. Yang terlibat ini adalah anggota dari Gapoktan kami, karena itu mewakili dari petani-petani di Sumberejo.

Kebetulan saya Ketua Gapoktan Sumberejo yang terdiri dari 1 kelompok tani. Baikkelompok tani, maupun KWT atau kelompok wanita tani yang bergerak di pengolahan-pengolahan hasil pertanian. Satu kelompok itu terdiri dari 20 petani, ada yang 15, ada yang 30.

Sebelum mengolah sawi menjadi keripik, hasil panen dijualnya ke mana?

Proses produksi keripik sawi putih Kraukk oleh petani Desa Sumberejo, Magelang, Jawa Tengah. (dok. Gapoktan Sumberejo)

Ya dijualnya di pasar tradisional saja. Makanya kami timbul inisiasi bagaimana ketika itu sawi overproduksi gitu. Sebenarnya itu kalau awal itu memang sampah yang tidak terpakai, limbah yang tidak terpakai.

Tapi ketika kita dalami evaluasi dalam pengurangan atau dalam pelaksanaan pengolahan itu, ternyata sawi yang paling bagus untuk diolah itu adalah sawi yang kualitasnya paling bagus. Tapi di sisi lain itu juga akan meningkatkan harga dari sawi itu sendiri ketika diolah.

Biasanya petani itu menjual dengan harga Rp1.000 per kilogram (kg). Itu kita menyerap dari mereka petani-petani, ya walaupun baru sebagian petani itu, bisa 2-3 kali lipat untuk bahan digoreng itu.

Seberapa banyak sawi yang diserap dari Gapoktan Sumberejo untuk pembuatan Kraukk?

Dari 13 kelompok tani itu kami baru serap dari 3 kelompok tani. Karena pemasaran kami juga belum begitu luas, belum begitu banyak dan stabil. Akhirnya kita masih di tiga kelompok itu.

Sejak 2022 sampai sekarang, berapa volume produksi Kraukk per bulan? Dan pemasarannya ke mana saja?

Proses produksi keripik sawi putih Kraukk oleh petani Desa Sumberejo, Magelang, Jawa Tengah. (dok. Gapoktan Sumberejo)

Per bulan kita rata-rata antara 400-500 bungkus. Satu bungkusnya 100 gram. Per bulan rata-rata penjualannya habis 300-400 bungkus.

Untuk pemasaran, kalau sekarang itu masih Kota Magelang. Itu semua oleh-oleh di Kota Magelang itu ada sekitar 18 toko itu di Magelang. Terus kita juga sudah berkembang ke Salatiga, itu di toko oleh-oleh Salatiga. Terus di tempat-tempat wisata di sekitaran Magelang itu juga sudah ada.

Ada berapa orang yang terlibat dalam pengolahan Kraukk?

Kalau di timnya itu sekarang ada sekitar 10 orang.

Sejauh ini bagaimana respons pelanggan setelah mencoba keripik sawi?

Kita sampai hari ini ada satu toko oleh-oleh, itu yang memang di situ penjualannya sangat laku luar biasa. Karena kita dalam setengah bulan itu mereka menghabiskan 70-80 bungkus itu satu toko.

Berapa omzet yang dihasilkan dari penjualan Kraukk? Dan apakah meningkat dibandingkan sebelum adanya pengolahan keripik sawi?

Keripik sawi putih Kraukk produksi petani Desa Sumberejo, Magelang, Jawa Tengah. (dok. Gapoktan Sumberejo)

Saya rasa kalau dari bahan baku yang kita jual masih mentah sama diolah itu kenaikan pendapatan sekitar 30-40 persen. Sekarang penjualan 400 bungkus, untuk omzet itu Rp17 ribu per bungkus di tempat produksi. Itu dikalikan 400 itu.

Apakah sudah mencoba berjualan online?

Kalau online kita sudah mencoba beberapa kali. Tetapi kondisi kita, kan semua yang millennial itu masih minim yang tergabung di kelompok kami. Itu akhirnya untuk penjualan online tidak begitu lancar. Karena kemarin kita juga bekerja sama dengan manajernya Shopee, itu enggak ada respons sekalipun. Walaupun kita sudah mengadakan temu langsung dengan investor ataupun dari pihak manajernya Shopee. Akhirnya untuk sekarang itu online belum begitu bagus untuk kami.

Jika akses ke e-commerce itu sudah tersedia, apakah dari tim Kraukk siap menjalankannya?

Kalau kita siap. Cuma begini, untuk aksesnya ke desa kami, ke wilayah kami tuh, J&T, JNE itu sangat lumayan jauh. Selama ini kita kirim ada yang ke luar kota, mungkin kemarin ada yang, saya tahu kan anak-anak yang dulunya KKN di Sumberejo, ada yang dari NTT, Sulawesi, Papua, dan Jakarta juga itu kita kirim lewat Kantor Pos.

Selanjutnya, apakah masih akan ada pembinaan dari BUMN khususnya untuk memperluas saluran pemasaran Kraukk?

Keripik sawi putih Kraukk produksi petani Desa Sumberejo, Magelang, Jawa Tengah. (dok. Gapoktan Sumberejo)

Pantauan dari IFG, bimbingan, binaan itu terus. Bagaimana kita meningkatkan produksi yang bagus, dan ada wacana untuk nanti ke depan itu mungkin sebagai pendamping olahan itu nanti kita baru pikirkan bareng-bareng bersama tim. Mungkin sayur apa lagi, sayur apa lagi gitu.

Bantuan itu yang sangat dibutuhkan dari promo-promo sangat kita butuhkan. Kan biasanya yang tahu anak digitalisasi, mungkin bantuan seperti itu yang kita harapkan. Kalau selama ini anak saya sendiri, tapi itu masih kuliah. Terus ada tetangga yang ikut bergabung di situ, tapi masih sekolah SMA, itu kan masih belum bisa ambil bagian dalam bidang itu.  Jadi masih soal marketing yang penting.

Editorial Team