Jakarta, IDN Times - Hasil panen sawi putih Desa Sumberejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah kerap kali terbuang karena tak laku terjual. Sawi yang ditanam dengan harapan menjadi nafkah untuk keluarga, terpaksa dibiarkan di kebun karena pertimbangan biaya. Jika tak terjual, para petani memilih untuk tak memanen karena membutuhkan biaya lagi.
Siyono, Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Sumberejo mengatakan, kondisi itu tak bisa dibiarkan terjadi terus menerus. Dia dengan para petani setempat pun memutar otak agar sawi tak terbuang meski tak berhasil dijual ke pasar tradisional.
Melalui program pembinaan yang diperoleh, akhirnya muncullah ide pembuatan keripik sawi, yang kini produknya dinamakan Kraukk. Produksi Kraukk sudah berjalan sejak 2022. Bisnis itu terbukti meningkatkan pendapatan para petani hingga 2-3 kali lipat, dan juga mengurangi kerugian dari sawi yang biasanya terbuang.
“Biasanya petani itu menjual dengan harga Rp1.000 per kilogram (kg). Itu kita menyerap dari mereka petani-petani, ya walaupun baru sebagian petani itu, bisa 2-3 kali lipat untuk bahan digoreng itu,” kata Siyono, Rabu (31/12/2025).
Kepada IDN Times, Siyono menceritakan bagaimana awal mula dan proses berdirinya usaha keripik sawi Kraukk. Simak wawancara berikut ini.
