(ilustrasi bisnis) pexels.com/rawpixel.com
Meski likuiditas perbankan melimpah, penguatan intermediasi kredit belum sepenuhnya berjalan. Bank Indonesia (BI) menilai pemulihan penyaluran kredit masih membutuhkan waktu. Hal ini terjadi seiring aktivitas dunia usaha yang belum pulih merata serta transmisi penurunan suku bunga yang belum sepenuhnya dirasakan sektor riil.
Salah satu indikasinya terlihat dari tingginya fasilitas pinjaman yang belum dicairkan (undisbursed loan), yang mencapai Rp2.509,4 triliun atau sekitar 23,18 persen dari total plafon kredit. Angka ini menunjukkan adanya jarak antara kapasitas perbankan dalam menyalurkan kredit dan realisasi pencairan oleh debitur.
Dari sisi likuiditas, perbankan justru berada dalam kondisi longgar. Rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) tercatat sebesar 29,67 persen, ditopang pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mencapai 12,03 persen secara tahunan (year on year/yoy). Likuiditas juga diperkuat oleh ekspansi likuiditas moneter BI, pelonggaran Kredit Likuiditas Moneter (KLM), serta penempatan dana pemerintah di sejumlah bank besar.
Menurut Perry, minat perbankan untuk menyalurkan kredit pada dasarnya masih terjaga. Hal ini tercermin dari persyaratan pemberian kredit (lending requirement) yang semakin longgar. Namun, pelonggaran tersebut tidak merata di seluruh segmen.
“Persyaratan pemberian kredit umumnya semakin longgar, kecuali pada segmen kredit konsumsi dan UMKM yang mengalami peningkatan risiko kredit,” ujar Perry.
Dampaknya, kredit UMKM justru terkontraksi 0,64 persen yoy pada November 2025. Di saat yang sama, BI juga menyoroti lambatnya penurunan suku bunga kredit perbankan, yang menandakan transmisi pelonggaran kebijakan moneter belum berjalan optimal.
Padahal, sepanjang 2025 BI telah memangkas suku bunga acuan hingga 125 basis poin (bps), ditambah penempatan dana Saldo Anggaran Lebih (SAL) pemerintah di perbankan. Namun, dampak penurunan tersebut baru terasa signifikan pada suku bunga dana. Suku bunga deposito tenor satu bulan, misalnya, turun 67 bps dari 4,81% pada awal 2025 menjadi 4,14 persen pada November 2025, sementara penurunan suku bunga kredit masih tertinggal.