ilustrasi APBN (IDN Times/Aditya Pratama)
Postur Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026 menetapkan target pendapatan negara sebesar Rp3.147,7 triliun, atau tumbuh 9,8 persen dibandingkan dengan outlook tahun 2025. Target ini didukung oleh peningkatan penerimaan pajak serta optimalisasi penerimaan dari kepabeanan dan cukai, meskipun Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) diperkirakan mengalami sedikit penurunan.
Secara rinci, penerimaan pajak ditargetkan mencapai Rp2.357,7 triliun, yang berarti harus tumbuh sebesar 13,5 persen. Sementara itu, penerimaan dari kepabeanan dan cukai diperkirakan mencapai Rp334,3 triliun, meningkat 7,7 persen. Di sisi lain, PNBP diproyeksikan turun 4,7 persen menjadi Rp455 triliun, terutama akibat tidak lagi diperolehnya dividen dari BUMN.
Dari sisi belanja negara, total belanja direncanakan tumbuh 7,3 persen dibandingkan outlook 2025, menjadi Rp3.786,5 triliun. Alokasi belanja ini difokuskan untuk mendukung program-program prioritas pemerintah. Belanja kementerian/lembaga naik signifikan sebesar 17,5 persen menjadi Rp1.498,3 triliun, sementara belanja non-kementerian/lembaga (non-KL) diperkirakan mencapai Rp1.638,2 triliun, tumbuh 18 persen.
Sementara itu, defisit APBN diperkirakan mencapai Rp638,8 triliun atau setara 2,48 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka ini lebih rendah 3,5 persen dibandingkan defisit pada tahun 2025. Selain itu, keseimbangan primer diproyeksikan semakin mendekati nol, dengan defisit primer sebesar Rp39,4 triliun pada tahun 2026.