Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bunga Utang Membengkak, Pemerintah Siapkan Rp599 Triliun di RAPBN 2026

ilustrasi mencatat utang
ilustrasi mencatat utang (freepik.com/rawpixel.com)

Jakarta, IDN Times - Menteri Keuangan, Sri Mulyani, mengalokasikan anggaran Rp599,44 triliun dalam RAPBN 2026 untuk membayar bunga utang. Jumlah tersebut tercatat meningkat 8,6 persen dibandingkan outlook pembayaran bunga utang pada tahun ini.

Mengacu pada Buku II Nota Keuangan, bunga utang tahun depan masih didominasi utang dalam negeri. Rinciannya, pembayaran bunga utang dalam negeri mencapai Rp538,70 triliun, sedangkan pembayaran bunga utang luar negeri Rp60,74 triliun.

"Pertumbuhan pembayaran bunga utang pada Tahun Anggaran 2026 tersebut lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada Tahun Anggaran 2025, yang mencapai 13,0 persen terhadap realisasi pembayaran bunga utang pada Tahun Anggaran 2024," kata Kementerian Keuangan dalam dokumen tersebut.

1. Faktor penyebab kenaikan beban bunga utang

Ilustrasi obligasi
Ilustrasi obligasi (IDN Times/Aditya Pratama)

Pembayaran bunga utang mencakup pembayaran kupon atas SBN, bunga atas pinjaman, dan biaya lain yang timbul dalam rangka menjalankan program pengelolaan utang.

Besaran pembayaran beban bunga mengalami fluktuasi yang dipengaruhi berbagai faktor, baik internal maupun eksternal.

"Secara inheren, beban bunga utang terdampak risiko yang bersumber dari volatilitas nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, dan perubahan tingkat suku bunga," ungkapnya.

Faktor lain yang turut memengaruhi beban bunga adalah sentimen pasar atas instrumen Surat Berharga Negara, volume kebutuhan pembiayaan anggaran, dan kondisi perekonomian terkini.

2. Pemerintah janji jaga pembayaran bunga utang di level terkendali

Ilustrasi Obligasi/Surat Berharga
Ilustrasi Obligasi/Surat Berharga (IDN Times/Aditya Pratama)

Terkait hal ini, pemerintah berkomitmen menjaga pembayaran bunga utang pada level yang efisien dan terkendali melalui kebijakan pengelolaan utang yang prudent, terukur, dan berbasis manajemen risiko.

"Dalam merancang strategi pembiayaan, pertimbangannya adalah keseimbangan antara biaya utang dan tingkat risiko agar tidak membebani fiskal, baik dalam jangka pendek maupun panjang," tulis dokumen tersebut.

3. Jika imbal hasil obligasi naik maka dampaknya pada kenaikan bunga utang

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Selain itu, tingkat suku bunga Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun juga memiliki pengaruh yang besar terhadap cost of fund pembiayaan APBN.

Dalam konteks global yang masih cenderung ketat dari sisi kebijakan moneter, terdapat potensi kenaikan yield obligasi, yang dapat berdampak juga ke pasar domestik. Apabila imbal hasil SBN meningkat lebih tinggi dari yang diasumsikan, maka beban bunga utang juga akan meningkat, sehingga menyerap sebagian ruang belanja negara.

Situasi ini dapat mengurangi fleksibilitas fiskal, terutama jika tidak diimbangi dengan peningkatan penerimaan atau efisiensi belanja. Oleh karena itu, pengelolaan utang yang prudent dan terukur tetap menjadi kunci dalam menjaga kesinambungan fiskal.

"Untuk menjaga beban bunga tetap terkendali, pemerintah mengutamakan sumber pembiayaan yang efisien dan mengoptimalkan struktur portofolio utang, baik dari sisi tenor maupun jenis instrumen, guna menekan volatilitas biaya utang akibat perubahan suku bunga pasar," jelasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rochmanudin Wijaya
EditorRochmanudin Wijaya
Follow Us