Jakarta, IDN Times - Direktur Pengembangan Big Data Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listiyanto, menyoroti asumsi nilai tukar rupiah dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEMPPKF) 2026 yang dinilainya menimbulkan pesimisme di pasar.
Pasalnya, kurs rupiah tahun depan diperkirakan akan terdepresiasi cukup dalam, berada di kisaran Rp16.500-Rp16.900 per dolar AS. Di sisi lain, Kementerian Keuangan memproyeksikan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, yakni di level 5,2-5,8 persen.
“Tapi kalau kita pandang tahun depan berada di atas Rp16 ribu, saya rasa itu justru memberikan sinyal pesimisme bagi pasar dan perekonomian,” ujar Eko, Kamis (29/5/2025).