Jumat Pagi, Rupiah Menguat Tipis ke Rp14.630

Ekonomi global sedang alami ketidakpastian

Jakarta, IDN Times - Setelah nilai tukar rupiah sempat tembus Rp14.787 per dolar AS pada Kamis malam (30/8). Pagi ini (31/8), rupiah naik perlahan ke posisi Rp14.630, seperti dikutip dari Antara. 

Beberapa waktu belakangan, rupiah memang tengah bergejolak. Ketidakpastian ekonomi global ditengarai sebagai penyebabnya.

 

1. Rupiah melemah di tengah penguatan ekonomi AS dan krisis Turki

Jumat Pagi, Rupiah Menguat Tipis ke Rp14.630Kurs rupiah terhadap dolar (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mulai terasa sejak akhir kuartal I 2018. Namun, rupiah mencapai ambang batas psikologis di atas Rp14.700 per dolar AS. 

Penguatan dolar itu didongkrak pertumbuhan ekonomi AS yang cenderung meningkat. Pertumbuhan ekonomi AS ini menjadi peluang bagi Federal Reserve Bank (The Fed) untuk kembali menaikkan suku bunga acuan (FFR) pada September mendatang, setelah sebelumnya FFR pada Juni ditingkatkan menjadi 1,75 hingga 2 persen, seperti dikutip Antara.

Sebelumnya, Turki mengalami krisis sehingga lira Turki juga merosot. Krisis yang melanda Turki ini, menurut Ketua Komite Tetap Timur Tengah Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Mohammad Bawazeer, sedikit-banyak berpengaruh terhadap Indonesia.

"Ketika ekpsor kita banyak ke Turki, jelas berpengaruh. Selama ini Turki justru impor banyak dari kita. Kita ekspor ke Turki komoditasnya ada, misalnya dalam bidang teknologi, science. Turki impor peralatan militer dari kita," ujar Bawazeer.  

 

2. Mungkinkah ada efek menular?

Jumat Pagi, Rupiah Menguat Tipis ke Rp14.630Chatib Basri (Twitter/@ChatibBasri)

Krisis ekonomi yang terjadi di suatu negara tidak serta merta berimbas langsung terhadap Indonesia. Pakar ekonomi Muhamad Chatib Basri mengatakan, ada sebuah faktor penting untuk melihat apakah ada efek penularan tersebut.

"Faktor yang amat berpengaruh untuk melihat apakah ada penularan adalah apakah ada common creditors. Jika investor di Turkey, Argentina dan Indonesia sama, maka potensi penularan meningkat. Namun bila tidak, maka resikonya lebih kecil," kata Chatib melalui akun media sosialnya (31/8).

Ia menjelaskan, apabila investor menanamkan modalnya di salah satu negara dan mengalami kerugian akibat krisis di negara tersebut, maka investor perlu melakukan rebalancing portfolio di negara lain. Inilah yang menyebabkan krisis keuangan jadi menular.

Sebagai informasi, Indonesia pernah mengalami krisis moneter tahun 1998 dan memukul berbagai sektor perekonomian Indonesia. Krimon tersebut merupakan efek domino dari Thailand yang lebih dulu krisis setahun sebelumnya. 

Baca Juga: Rekor Terendah Sejak Awal 2018, Rupiah Tembus Rp14.728 per Dolar 

3. Menkeu tegaskan kondisi Indonesia berbeda dengan Turki

Jumat Pagi, Rupiah Menguat Tipis ke Rp14.630ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

Banyak kalangan yang mengkhawatirkan krisis Turki ikut berimbas ke Indonesia. Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan kondisi keuangan Indonesia punya kelebihan yang membuatnya berbeda dengan Turki.

"Indonesia punya hal-hal positif yang dilihat selama minggu ini. Pertumbuhan kuat, inflasi rendah, dan defisit APBN diperkirakan lebih rendah," kata Menkeu, seperti dikutip ANTARA.

Namun, Menkeu menyatakan bahwa pemerintah tetap waspada dan terus memantau perkembangan gejolak pasar keuangan di Turki. Hingga hari ini, lira Turki membaik di level 6,7335 per dolar AS menurut Reuters Currency Converter.

Baca Juga: Rupiah Melemah Karena Lira, Menkeu: Indonesia Beda dengan Turki

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya