Survei: Harga Cabai Merah dan Telur Ayam Makin Mahal dari Bulan Lalu
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times — Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis hasil survei mengenai harga kebutuhan pokok Indonesia pada bulan ini dibandingkan dengan Juli 2022.
Survei tersebut dilakukan pada 1.053 responden secara tatap muka. Margin of error survei ini sebesar 3,1 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
“Kita menanyakan harga-harga komoditas pangan yang kita tanyakan, ada sekitar 7 komoditas,” kata Direktur Riset SMRC, Deni Irvani, dalam rilis hasil survei bertajuk ‘Kejatuhan Sri Lanka dan Kita’ pada Minggu, (28/8/2022).
1. Persepsi publik anggap cabai merah dan telur ayam makin mahal
Survei tersebut menyebut ada tujuh komoditas yang menjadi fokus perhatian responden. Komoditas yang dimaksud adalah cabai merah, telur ayam, minyak goreng, daging ayam, daging sapi, beras, dan ikan.
Menurut survei, publik menilai harga cabai merah cenderung makin mahal namun barang tersedia (63 persen), makin mahal dan sulit dicari (5 persen), tidak banyak berbeda (20 persen), dan makin murah (4 persen).
“Di antara 7 komoditas tersebut, mayoritas warga menyebut cabai merah sebagai komoditas pangan yang mengalami kenaikan pangan dibanding bulan lalu. Paling tinggi kenaikannya,” ucap Deni.
Baca Juga: Harga Cabai Bandar Lampung Makin Pedas, Cabai Caplak Tembus Rp90 Ribu
2. Harga migor disebut makin naik dari bulan lalu
Selain itu, komoditas pokok lainnya yang disebut makin mahal adalah minyak goreng (migor).
Sebanyak 53 persen responden menilai migor semakin mahal namun barangnya tersedia, 10 persen makin mahal dan sulit dicari, 19 persen tidak banyak berbeda, dan 17 persen makin murah.
Editor’s picks
“Mayoritas responden sebesar 63 persen masih mengatakan migor makin mahal. Tapi tidak sedikit juga yang mengatakan harga migor jadi lebih murah dibanding bulan lalu,” tuturnya.
Deni menilai melonjaknya harga migor dari bulan lalu mulai bisa ditangani pemerintah. Hal itu dibuktikan dari hasil survei yang menyebut migor tak lagi menjadi komoditas pokok di peringkat pertama dengan kenaikan harga.
“Informasi bahwa kasus melonjaknya harga dan kelangkaan migor menjadi beberapa waktu lalu kelihatannya bisa mulai ditangani walaupun belum sempurna, terlihat dari bahwa migor bukan lagi komoditas yg mengalami kenaikan harga paling banyak,” ucapnya.
3. Harga beras dan ikan dianggap paling stabil
Empat komoditas lainnya yakni daging ayam, daging sapi, beras, dan ikan masih dianggap sebagian responden sebagai bahan pokok yang semakin mahal.
Sebanyak 55 persen responden menganggap harga daging ayam semakin mahal dan barangnya ada, 3 persen menganggap makin mahal dan sulit dicari, 31 persen menganggap tidak banyak perbedaan harga, dan 4 persen menganggap semakin murah.
Kemudian 55 persen responden menganggap harga daging sapi semakin mahal dan barangnya tersedia, 3 persen makin mahal dan sulit dicari, 26 persen tidak banyak berbeda, dan 4 persen menganggap semakin murah.
Sementara, beras dan ikan disebut memiliki harga cenderung stabil ketimbang komoditas lainnya.
“Ada dua komoditas pangan yang dinilai paling stabil harganya yaitu beras dan ikan,” tutur Deni.
Sebanyak 44 persen responden menganggap beras makin mahal dan barangnya tersedia, 2 persen menganggap makin mahal dan sulit dicari, 47 persen tidak banyak berbeda, dan 3 persen semakin murah.
Terakhir, harga ikan dianggap semakin mahal dan barangnya ada 37 persen, 3 persen menganggap makin mahal dan sulit dicari, 52 persen tidak banyak berbeda, dan 3 persen menganggap semakin murah.
Baca Juga: Jokowi Heran Harga Beras di Merauke Murah, Tapi Tak Ada yang Beli