Town Hall Danantara, Jakarta Convention Center, Senin (28/4) (dok. Tim Komunikasi Prabowo)
Sementara itu, menurut Peneliti NEXT Indonesia, Herry Gunawan, Danantara tak perlu buru-buru mengelola banyak entitas untuk meningkatkan nilai asetnya.
“Kalau menurut saya jangan terburu-buru. Ambil saja dulu BUMN yang sehat, karena Danantara dibebani oleh rencana strategis dari pemerintah,” kata Herry saat dihubungi IDN Times.
Herry mengatakan, aset yang tercatat dalam Danantara mencakup ekuitas dan liabilitas dari perusahaan-perusahaan yang dikelola. Di dalamnya, ada perusahaan yang sedang mengalami masalah keuangan, sebut saja BUMN karya.
Oleh sebab itu, menurutnya, dengan menambahkan pengelolaan aset dari Kemensetneg, belum tentu Danantara mendapatkan aset yang sehat.
“Menurut saya gak penting aset gemuk, tapi ternyata di dalam gemuknya ada penyakit, macam-macam, itu malah susah bergerak, lebih baik ramping tapi kemudian larinya lebih kencang, itu juga lebih sehat,” ucap Herry.
Oleh sebab itu, dia mengatakan, seharusnya Danantara fokus mengelola BUMN sehat terlebih dahulu agar aset yang dikelolanya bisa dioptimalkan dengan cepat.
“Sebaiknya menurut saya bersih-bersih dulu. Walaupun nanti size-nya mengecil, gitu ya. BUMN yang sakit itu setelah dibersih-bersihkan,misalkan size-nya dari Rp10 triliun, tinggal Rp500 miliar, enggak apa-apa, yang penting ini sehat. Nah, setelah sehat, bersih, baru cemplungin ke Danantara. Dengan begitu Danantara bisa lari,” tutur Herry.