Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Isu merger GoTo dan Grab kembali menyeruak di media massa (dok. Istimewa)

Intinya sih...

  • Ekonomi menolak merger GoTo-Grab karena merugikan konsumen dan tak ada kebutuhan jelas
  • Pengamat ekonomi khawatirkan dampak buruk bagi dunia usaha dalam negeri jika merger terjadi
  • GoTo membantah kabar merger dengan Grab, namun menerima banyak tawaran dari pihak lain

Jakarta, IDN Times - Isu merger PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan Grab Indonesia kembali menyeruak. Beberapa ekonom merespons hal tersebut dengan menyatakan tidak setuju jika kedua aplikator pemimpin pasar ini bergabung atau merger.

Pengamat ekonomi digital dari Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda menilai jika merger GoTo-Grab dilakukan maka yang paling dirugikan adalah konsumen.

Selain itu, Huda mempertanyakan motif dilakukannya aksi korporasi ini karena tidak ada kebutuhan untuk melakukan penggabungan usaha

“Kalau merger kan selalu ada kebutuhan ya. Kebutuhannya apa sih. Dulu dua unicorn kita merger karena mau menambah valuasinya. Nah ini yang kita lihat motifnya apa? Kalau merger gimana?” tutur Huda dalam keterangan tertulisnya, dikutip Kamis (7/5/2025).

1. Dampak buruk bagi dunia usaha dalam negeri

GoSend (Dok. Gojek)

Senada dengan Huda, Pengamat ekonomi dari Segara Institute, Piter Abdullah mengkhawatirkan merger akan membawa dampak yang buruk bagi dunia usaha dalam negeri.

Dari empat pemain besar di industri ini, dia menyebut tiga di antaranya adalah pemain asing dan hanya satu sebagai pemain lokal.

“Dari empat pemain besar itu, satu kita anggap sebagai pemain lokal, tiga itu asing dan asing ini dia menguasai pasar global. Yang lokal ini baru nyoba nyeberang, itupun balik lagi. Ini harus diperhatikan benar. Jadi kalo kita bicara tentang pasar, ada kecenderungan (pemain asing ini) untuk menguasai pasar dengan berbagai cara dan di sini pemerintah harus menjaga posisinya sebagai wasit," papar Piter.

Menurut Piter, penggabungan dilakukan untuk memperluas usaha atau ekosistem seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Namun, penggabungan dua perusahaan ini berada di industri yang sama, bahkan mirip. Piter pun menilai pemerintah harus bergerak cepat merespons isu merger tersebut.

2. GoTo bantah isu merger dengan Grab

PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) (Dok GOTO)

Sebelumnya diberitakan, GoTo membantah kabar yang menyebutkan bakal segera merampungkan proses merger dengan Grab. GoTo telah mengklarifikasi kabar tersebut pada pertengahan Maret lalu. Namun, kabar perihal merger dengan Grab kembali mengemuka dan memaksa GoTo untuk kembali memberikan klarifikasi lagi.

"Sebagaimana telah kami jelaskan pada keterbukaan yang kami sampaikan sebelumnya tertanggal 19 Maret 2025, belum ada kesepakatan antara Perseroan dengan pihak manapun untuk melakukan transaksi sebagaimana telah dispekulasikan di media massa," kata Corporate Secretary GoTo, RA Koesoemohadiani dikutip dari keterbukaan informasi situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (8/5/2025).

3. GoTo akui banyak menerima tawaran merger

ilustrasi GoTo (IDN Times/Dok.GoTo)

Di sisi lain, Koesoemohadiani menyampaikan, GoTo menerima banyak tawaran dari pihak-pihak yang ingin merger. "Perseroan hendak memberikan klarifikasi bahwa dari waktu ke waktu Grup menerima penawaran-penawaran dari berbagai pihak," kata Koesoemohadiani.

Direksi Perseroan, kata dia, memiliki kewajiban menjajaki secara menyeluruh dan mengevaluasi dengan cermat serta penuh kehati-hatian berbagai penawaran tersebut dengan tujuan untuk meningkatkan nilai jangka panjang bagi seluruh pemegang saham Perseroan, dengan memperhatikan kepentingan terbaik bagi mitra pengemudi, mitra UMKM, pelanggan, karyawan dan seluruh pemangku kepentingan kunci.

"Namun demikian, sampai dengan tanggal keterbukaan informasi ini, Perseroan belum mencapai keputusan apapun terkait penawaran yang mungkin telah diketahui at au diterima oleh Perseroan," kata dia.

Editorial Team