ilustrasi pencari kerja (jobseeker) (IDN Times/Aditya Pratama)
Di sisi lain, Purbaya mengakui bahwa pemerintah belum mampu menciptakan lapangan pekerjaan yang memadai di dalam negeri, sehingga banyak masyarakat memilih bekerja di luar negeri. Kondisi tersebut terutama terjadi ketika pertumbuhan ekonomi melambat.
“Banyak anak yang bekerja di luar negeri karena kegagalan kita menciptakan lapangan kerja di dalam negeri. Ketika pertumbuhan ekonomi melambat seperti kemarin-kemarin, ya memang seperti itu,” ungkapnya.
Menurut Purbaya, Indonesia membutuhkan pertumbuhan ekonomi minimal 6,7 persen untuk dapat menyerap tenaga kerja baru yang masuk usia produktif. Ia berharap kebutuhan tersebut dapat ditunjang melalui peningkatan investasi.
“Kita harapkan nanti, dengan berjalannya program-program Pak Prabowo, perbaikan iklim investasi, optimalisasi belanja pemerintah, serta manajemen fiskal dan moneter, kita bisa menjadi lebih baik lagi,” jelasnya.
Purbaya menambahkan pemerintah saat ini tengah menyiapkan program vokasi dengan alokasi anggaran yang cukup besar. Program tersebut diharapkan dapat berjalan tahun depan sehingga masyarakat memperoleh pekerjaan yang lebih layak. Namun, ia mengakui program itu hanya bersifat jangka pendek. Untuk jangka panjang, pemerintah menargetkan peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam sepuluh tahun mendatang.
“Harusnya kita membuat Indonesia seperti Amerika dalam hal kesejahteraan. Itu yang sedang kita kerjakan dalam beberapa tahun ke depan, mungkin sepuluh tahun. Jadi target kita bukan memindahkan orang supaya hidup enak di luar negeri, tetapi menciptakan kondisi di sini agar kita bisa hidup lebih baik tanpa harus ke luar negeri,” tegas Purbaya.