Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Menkop UKM Teten Masduki (Dok. ANTARA News)
Menkop UKM Teten Masduki (Dok. ANTARA News)

Jakarta, IDN Times - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan separuh UMKM di Indonesia akan gulung tikar apabila COVID-19 tak mereda pada September mendatang. Menurut dia, 50 persen UMKM terganggu karena tak mampu membayar cicilan kredit ke lembaga pendanaan.

"Hari ini kami fokus diimplemetasi pada pemulihan ekonomi. Untuk UMKM ada Rp124 triliun untuk berbagai macam bantuan, termasuk modal kerja baru. Jadi kalau ada usulan yang menarik untuk memperkuat UMKM akan diolah lagi menjadi kebijakan baru, ada kebijakan pembiayaan bagi masyarakat. Sehingga daya beli meningkat, konsumsi naik, ekonomi bergerak, syukur-syukur dalam waktu dekat bisa mereaktivasi kegiatan," kata Teten dalam diskusi virtual pada Rabu (8/7/2020).

1. Penerapan kembali PSBB dinilai akan memberatkan roda perekonomian

IDN Times/PT Pertamina

Teten mengatakan, pemerintah memang sudah menyiapkan sekitar Rp600 triliun untuk pemulihan ekonomi. Namun, apabila PSBB akan dilakukan kembali, itu akan sulit.

"Apalagi kalau gak selesai bulan September ke depan akan sangat berat. Sekarang saja APBN minus 6 persen, harus diterbitkan Perppu dan tahun depan akan semakin sulit lagi. Makanya perlu solusi untuk segera memulihkan ekonomi," katanya.

2. Baru 13 persen UMKM yang terhubung dengan digital

Perajin menuangkan gula pasir ke dalam baskom sebagai bahan baku pembuatan madumongso di Mojo, Kediri, Jawa Timur, Senin (11/5/2020). Semenjak merebaknya COVID-19, sejumlah pelaku UMKM makanan mengeluhkan kenaikan harga gula pasir dari sebelumnya Rp12 ribu menjadi Rp18 ribu per kilogram sehingga terpaksa menaikkan harga jual produknya untuk mengimbangi biaya produksi dengan risiko berkurangnya pelanggan. ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani/wsj.

Teten menyebut, dari semua sektor yang terdampak, sebagian UMKM yang terhubung dengan digital bisa bertahan. Sayangnya, baru 13 persen UMKM yang memanfaatkan teknologi digital, sisanya masih berada di jalur offline.

"Ke depan setelah pandemik COVID-19 digitalisasi sangat penting. Ada perubahan perilaku konsumen dan itu akan memperluas pasar. Ke depan, digital record ini bisa menjadi alternatif pembiayaan," ungkapnya.

3. Kemenkop menargetkan perbaikan database UMKM

Ilustrasi UMKM Kerupuk ikan lele (IDN Times/Yurika Febrianti)

Selain mendorong digitalisasi UMKM, kata Teten, pihaknya juga menargetkan perbaikan database UMKM. Sebab, ada 18 kementerian/lembaga yang mengurusi UMKM. Akibatnya, data yang terekam tidak terkonsolidasi dengan baik.

"Selain itu juga perlu ada sistem pembiayaan yang lebih ramah ke UMKM, meskipun ada KUR tetapi perlu dievaluasi untuk melahirkan unicorn baru," katanya.

Editorial Team