Ilustrasi (IDN Times/Arief Rahmat)
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey menjelaskan turunnya harga minyak ini akan berdampak pada ekspor nonmigas, khususnya pada tiga komoditas, yakni kelapa sawit, karet dan batubara.
"Harga minyak yang kini setengahnya dari harga umum, paling tidak akan menggerus ekspor nonmigas kita. Kita tahu ada tiga komoditas, kelapa sawit, karet, dan batubara merupakan kontribusi 67 persen dari ekspor nonmigas," kata Roy.
Sebelumnya harga minyak mentah mengalami penurunan harian terbesar sejak Perang Teluk 1991 pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), ketika produsen utama Arab Saudi dan Rusia memulai perang harga yang mengancam akan membanjiri pasokan pasar minyak global.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei merosot 10,91 dolar AS atau 24,1 persen, menjadi menetap di 34,36 dolar AS per barel. Kontrak turun sebanyak 31 persen pada awal sesi menjadi 31,02 dolar AS, tingkat terendah sejak 12 Februari 2016.
Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April jatuh 10,15 dolar AS atau 24,6 persen, menjadi ditutup di 31,13 dolar AS per barel. WTI sebelumnya anjlok 33 persen menjadi 27,34, juga yang terendah sejak 12 Februari 2016.
Kemerosotan hampir 25 persen dalam harga minyak memicu penjualan panik dan kerugian besar pada indeks saham utama Wall Street ketika penyebaran cepat virus corona memperkuat kekhawatiran akan resesi global.