Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Rincian proposal RI ke Amerika.png
Donald Trump (Dok. White House)

Intinya sih...

  • Korea Selatan, Jepang, dan Taiwan mengalami penurunan tarif setelah negosiasi dengan AS.

  • China dan India masih terus bernegosiasi untuk menurunkan tarif yang dikenakan AS.

  • Negara-negara di ASEAN seperti Vietnam dan Kamboja berhasil menurunkan tarif hingga 20 persen setelah negosiasi dengan AS.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Perekonomian di Asia menjadi salah satu yang paling terpukul akibat tarif resiprokal yang diumumkan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump pada "Hari Pembebasan" pada April 2025 lalu.

Dari sekutu dagang tradisional AS, seperti Jepang hingga negara-negara di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) yang ekspornya sangat bergantung pasar Negeri Paman Sam berupaya keras mencapai kesepakatan dagang sebelum batas waktu 1 Agustus 2025.

Lantas, negara-negara mana saja di Asia yang ekonominya paling terpukul gegara tarif Trump? Berikut ulasannya seperti dikutip dari BBC:

1. Sekutu AS: Korea Selatan, Jepang, dan Taiwan

potret titik paling timur Jepang di Nemuro (commons.wikimedia.org/Ryo FUKAsawa)

Sekutu utama AS di Asia, seperti Korea Selatan, Jepang, dan Taiwan bernasib lebih baik dibandingkan sekutu lainnya di kawasan tersebut. Jepang dan Korea Selatan yang industri mobil dan semikonduktornya penting bagi konsumen AS menghadapi usulan tarif sebesar 25 persen pada April. Selain dari sisi perdagangan, kedua negara itu juga memiliki hubungan militer yang baik dengan AS.

Kedua negara tersebut akhirnya berhasil mengurangi tarif Trump menjadi 15 persen pada akhir Juli setelah mengirimkan delegasi perdagangannya ke Washington guna menyelesaikan kesepakatan. Sementara itu, Taiwan sebagai salah satu produsen semikonduktor terbesar di dunia sekaligus sekutu dagang utama AS juga mendapatkan penurunan tarif dari 32 persen menjadi 20 persen.

Meski begitu, Presiden Taiwan, Lai Ching-te mengatakan pada Jumat (1/8/2025), tarif tersebut bersifat sementara lantaran negosiasi masih terus berlangsung dengan Washington.

Di sisi lain, Australia yang terkena tarif 10 persen pada April berhasil menghindari kenaikan tarif untuk saat ini. Sebaliknya, tetangga Australia, yakni Selandia Baru justru mengalami kenaikan tarif dari 10 persen menjadi 15 persen.

Menteri Perdagangan (Mendag) Selandia Baru, Todd McClay mengatakan, negaranya dihukum secara tidak adil, dan telah meminta untuk berbicara dengan Duta Besar AS untuk Selandia Baru sekaligus negosiator perdagangan Jamieson Greer untuk mulai mengajukan argumen agar tarifnya diturunkan.

2. China dan India

Presiden China Xi Jinping pada upacara pembukaan Pertemuan Tingkat Menteri Pertama Forum Tiongkok-CELAC di Beijing pada 13 Mei 2025. (x.com/SpoxCHN_MaoNing)

China meskipun luput dari pengumuman Trump hari ini tetap menjadi topik menarik untuk dibahas. Pembicaraan diplomatik antara Beijing dan Washington telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir--pertama di Jenewa pada Mei, kedua di London pada Juni, dan ketiga pada awal pekan ini di Stockholm.

Menurut laporan BBC, Beijing kemungkinan besar mengupayakan penangguhan berkelanjutan atas kontrol ekspor AS pada teknologi utama seperti semikonduktor, sebagai imbalan atas pemeliharaan pasokan mineral tanah jarang.

Sementara itu, AS diperkirakan akan menekan China agar mengekang produksi fentanil, meningkatkan akses pasar bagi perusahaan Amerika, meningkatkan pembelian barang dan produk pertanian AS oleh China, dan mendorong lebih banyak investasi China di AS. Kedua belah pihak pun kini sepakat untuk memperpanjang gencatan perdagangan selama 90 hari, yang saat ini ditetapkan berakhir pada 12 Agustus 2025.

Di sisi lain, India yang secara konsisten digambarkan Trump sebagai teman baik dikenakan tarif 25 persen atas barang-barang yang diimpor dari AS. Keputusan itu dikeluarkan AS bersama dengan denda yang tidak ditentukan atas pembelian minyak dan senjata Rusia oleh India.

Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio mengatakan, hubungan Delhi dengan Moskow tetap menjadi "titik iritasi" dalam hubungan India dan AS. Hal itu menjadi alasan mengapa India hanya mendapatkan sedikit pengurangan dari 27 persen yang diusulkan pada April lalu menjadi 25 persen.

3. Kondisi negara-negara ASEAN

Infografis 15 Daftar Ekspor RI yang Paling Terdampak Tarif Trump (IDN Times/Aditya Pratama)

Negara-negara di Asia Tenggara menghadapi hasil yang sangat berbeda menyusul pengumuman terbaru. Ketika Trump membuat pengumuman tarif pada 2 April, tidak ada tempat yang lebih terkejut daripada di kawasan ini, yang seluruh pandangan dunia dan model ekonominya dibangun di atas ekspor.

Pungutan awalnya mencapai 49 persen di beberapa negara, menghantam berbagai industri mulai dari eksportir elektronik di Thailand dan Vietnam hingga pembuat chip di Malaysia dan pabrik pakaian di Kamboja .

Di antara 10 negara di ASEAN, Vietnam adalah yang pertama bernegosiasi dengan AS dan yang pertama mencapai kesepakatan sehingga berhasil menurunkan tarifnya dari 46 persen menjadi 20 persen. Meskipun beberapa laporan menunjukkan Hanoi tidak setuju dengan angka-angka Trump, Vietnam secara efektif menetapkan patokan untuk wilayah lainnya.

Berdasarkan daftar terbaru hari ini, sebagian besar negara lain—termasuk Kamboja, Indonesia, Malaysia, Filipina, Bangladesh, Sri Lanka, Thailand , dan Vietnam —kini dikenakan tarif sebesar 19 persen hingga 20 persen. Brunei Darussalam berada di posisi yang berbeda, dengan tarif sedikit lebih tinggi, yaitu 25 persen.

Sementara itu, Laos dan Myanmar terdampak paling parah dengan tarif tertinggi kedua sebesar 40 persen. Alasan di balik tarif yang lebih tinggi ini belum jelas, tetapi Deborah Elms selaku Kepala Kebijakan Perdagangan di Hinrich Foundation berpendapat, akses pasar mereka yang terbatas, daya beli rendah, dan hubungan dekat dengan China mungkin telah mempengaruhi keputusan Gedung Putih.

Di sisi lain, tarif Singapura tetap tidak berubah sebesar 10 persen. Negara kota ini mengimpor lebih banyak produk dari AS daripada yang diekspornya.

4. Nasib negara lain di Asia

bendera Pakistan (unsplash.com/Abuzar Xheikh)

Trump menetapkan tarif bervariasi di seluruh kawasan Indo-Pasifik. Pakistan memperoleh tarif paling rendah di antara negara-negara Asia Selatan, yakni 19 persen. Jauh lebih rendah dibandingkan tetangganya, India.

Hal itu tidak lepas dari hangatnya hubungan Pakistan dan AS di bawah masa kepemimpinan kedua Trump. Pakistan bahkan menominasikan Trump untuk mendapatkan Nobel Perdamaian. Tarif impor yang relatif rendah ini diharapkan bisa menjadi stimulus bagi industri tekstil Pakistan.

Tekstil menyumbang hampir 60 persen dari total ekspor Pakistan, yang sebagian besar ditujukan ke AS. Sementara itu, pesaing utama Pakistan di sektor ini—India, Bangladesh, dan Vietnam—semuanya telah dikenakan tarif lebih tinggi.

Afghanistan, Fiji, Nauru, dan Papua Nugini berada di batas bawah, masing-masing dikenakan tarif 15 persen. Sementara itu, Kazakhstan menerima tarif 25 persen.

Editorial Team