Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG-20250724-WA0030.jpg
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto dalam Konferensi Pers di Kemenko Perekonomian. (IDN Times/Triyan).

Jakarta, IDN Times - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menegaskan bahwa pernyataan Gedung Putih mengenai tarif 19 persen masih akan dibahas lebih lanjut dalam perundingan teknis.

"Perundingan masih akan terus berlangsung untuk membicarakan detail teknis, karena masih ada beberapa kepentingan yang dijanjikan oleh Amerika Serikat dan akan ditindaklanjuti. Salah satunya, Indonesia akan diberikan tarif yang lebih rendah dari 19 persen untuk beberapa komoditas," ungkapnya dalam Konferensi Pers Joint Statement Indonesia-AS di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta Pusat, Kamis (24/7/2025).

1. Daftar komoditas yang akan dinegosiasikan

Infografis RI - AS Sepakati Perjanjian Perdagangan Timbal Balik (IDN Times/Mohamad Rakan)

Airlangga menekankan Indonesia dijanjikan akan mendapatkan tarif impor sebesar 0 persen untuk beberapa komoditas sumber daya alam. Komoditas yang tengah diusulkan untuk mendapatkan tarif lebih rendah umumnya merupakan komoditas sumber daya alam yang tidak diproduksi oleh AS.

"Komoditas yang akan dinegosiasikan tarif impornya antara lain crude palm oil (CPO), kopi, kakao, dan sejumlah produk pertanian lainnya."

2. Airlangga optimistis AS akan kabulkan permintaan RI

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto dalam Konferensi Pers di Kemenko Perekonomian. (IDN Times/Triyan).

Dia optimistis pemerintah AS akan mengabulkan negosiasi ini, mengingat Uni Eropa memberikan tarif nol persen kepada komoditas CPO dari Indonesia dalam perjanjian I-EU CEPA.

"Termasuk juga produk mineral lainnya, komponen pesawat terbang, serta komponen industri di kawasan tertentu seperti kawasan perdagangan bebas (free trade zone). Saat ini masih dalam pembahasan, dan sangat dimungkinkan tarifnya lebih rendah dari 19 persen, bahkan bisa mencapai 0 persen," tegas Airlangga.

3. Impor pertanian hanya dilakukan untuk komoditas yang tidak bisa diproduksi dalam negeri

Infografis proposal Kerja sama bentuk respons atas kebijakan tarif resiprokal dengan pembelian produk AS (IDN/Aditya Pratama)

Secara rinci, dalam Agreement on Reciprocal Trade (ART) yang dirilis oleh Gedung Putih pada 22 Juli 2025. Kesepakatan ini mencakup kewajiban Indonesia untuk membeli produk energi dari Amerika Serikat senilai 15 miliar dolar AS atau setara Rp244,41 triliun (asumsi kurs Rp16.294 per dolar AS), pembelian produk pertanian sebesar 4,5 miliar dolar AS tau Rp73,32 triliun, serta pembelian 50 unit pesawat Boeing.

Terkait impor pangan dari Amerika Serikat, ia menegaskan hanya akan dilakukan untuk produk-produk yang tidak dapat diproduksi di dalam negeri.

"Yang kita impor adalah komoditas yang tidak diproduksi di Indonesia, seperti kedelai, gandum, dan kapas. Kedelai dan gandum memiliki pengaruh terhadap inflasi volatile food. Dengan pasokan gandum yang stabil, kita bisa menstabilkan harga produk pangan seperti roti dan mi, yang selama ini menjadi penyumbang volatile food," jelasnya.

Editorial Team