Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi investor (freepik.com/jannoon028)
ilustrasi investor (freepik.com/jannoon028)

Intinya sih...

  • Investor global menantikan data survei manufaktur Empire State dan pidato pejabat The Fed. Data tersebut berpotensi mempengaruhi arah kebijakan moneter AS dan aset berisiko di Asia

  • Ada sejumlah sentimen positif di kuartal IV-2025, seperti pemerintah akan menyalurkan likuiditas tambahan melalui penempatan dana SAL ke bank Himbara, dan proyeksi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,67 persen pada kuartal IV-2025 mendukung optimisme investor asing.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Bank Mandiri memproyeksi pelaku pasar akan mengambil sikap hati-hati pada perdagangan hari ini, karena pasar menantikan sejumlah data penting dari Amerika Serikat (AS), serta perkembangan kebijakan fiskal dalam negeri.

"Sentimen pasar global dan domestik diperkirakan akan sangat dipengaruhi oleh arah data ekonomi dan respons kebijakan ke depan," kata Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro, Rabu (8/9/2025)

1. Fokus pasar global tertuju ke data manufaktur AS

ilustrasi manufaktur (pexels.com/Kateryna Babaieva)

Dari sisi eksternal, perhatian utama investor global tertuju pada rilis data survei manufaktur Empire State serta pidato dari beberapa pejabat Federal Reserve (The Fed). Data dan pernyataan tersebut dinilai krusial untuk memperkirakan arah kebijakan moneter AS ke depan.

Riset Bank Mandiri menyebut, jika data menunjukkan pelemahan aktivitas manufaktur atau muncul nada dovish dari pejabat The Fed, pasar dapat menafsirkan hal ini sebagai sinyal potensi penurunan suku bunga. Kondisi tersebut akan mendukung penguatan aset berisiko, termasuk saham di kawasan Asia.

"Sebaliknya, jika data justru mengindikasikan ketahanan ekonomi AS yang kuat, dolar AS berpotensi menguat, yang dapat menekan pasar obligasi dan mata uang negara berkembang, termasuk Indonesia," ujarnya.

2. Ada sejumlah sentimen positif di kuartal IV-2025

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Sementara itu, di dalam negeri, pelaku pasar akan mencermati rencana pemerintah untuk menyalurkan likuiditas tambahan melalui penempatan dana Saldo Anggaran Lebih (SAL) ke bank-bank Himbara. Kebijakan ini diharapkan dapat memperkuat perputaran dana di sektor riil dan meningkatkan daya dorong pertumbuhan ekonomi di kuartal terakhir tahun ini.

"Sentimen positif juga datang dari proyeksi pemerintah yang menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,67 persen secara tahunan (year on year) pada kuartal IV-2025, seiring tambahan stimulus fiskal," tuturnya.

Dengan demikian, stimulus pada kuartal IV diharapkan mampu menjadi katalis positif bagi pasar keuangan, serta meningkatkan optimisme investor asing terhadap prospek ekonomi Indonesia dan mendukung stabilitas nilai tukar rupiah.

3. Pasar mencermati sejumlah risiko fiskal

ilustrasi investor (freepik.com/drobotdean)

Meski demikian, pelaku pasar masih mencermati risiko dari sisi fiskal, terutama karena kinerja APBN hingga September 2025 belum sepenuhnya sesuai target. Kekhawatiran ini dapat membatasi dampak positif dari kebijakan stimulus, khususnya jika pasar menilai ruang fiskal pemerintah semakin sempit untuk menopang ekspansi ekonomi lebih lanjut.

Dengan berbagai perkembangan terkini, Bank Mandiri memproyeksikan nilai tukar rupiah akan bergerak dalam kisaran Rp16.520 – Rp16.630 per dolar AS.

"Sementara itu, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun diproyeksikan berada dalam rentang 6,00 persen – 6,10 persen, mengikuti dinamika sentimen global dan arah kebijakan pemerintah di sektor fiskal dan likuiditas," ucapnya.

Editorial Team